Mohon tunggu...
Sulaiman Achmad
Sulaiman Achmad Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengabarkan yang fakta dan aktual

Percaya diri dan berjiwa petualang. Berani mencoba hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jurnalis dan Tenaga Medis di Tengah Wabah Covid-19

1 April 2020   19:59 Diperbarui: 1 April 2020   20:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh Sulaiman Achmad

Jurnalis atau wartawan menjadi salah satu profesi yang berada di tengah wabah Corona atau COVID19, selain para petugas medis di garda terdepan.

Memang, petugas medis menjadi salah satu petugas garda terdepan ditengah wabah. Petugas medis itu bisa jadi perawat, bidan ataupun dokter. Mereka yang selalu bersentuhan langsung dengan pasien.

Tak jarang, banyak kasus petugas medis yang dinyatakan positif COVID19. Potensi penularan itu sangat besar terhadap mereka. Apalagi, secara kontak fisik mereka yang langsung bersentuhan dengan pasien.

Rumah sakit menjadi salah satu sarana yang tidak boleh tutup, meski suatu kota sedang mewabah virus ataupun lockdown. Karena disana, semua orang ditangani secara medis untuk sembuh. Bayangkan, bagaimana sebuah kota diserang virus, kemudian banyak rumah sakit tutup. Maka dapat dipastikan berbagai korban akan berjatuhan.

Sejak awal, para petugas medis sudah disumpah untuk melayani kepentingan pasien dari kepentingan apapun. Namun, petugas medis tetaplah seorang manusia yang memiliki keluarga dan kebutuhan manusiawi.

Mereka juga butuh waktu bersama anak dan keluarga, mereka butuh istirahat, mereka butuh vitamin dan mereka juga butuh perhatian dari masyarakat. Perhatian dari masyarakat dimaksud adalah dengan tidak keluar rumah, guna memutus rantai penyebaran virus yang sedang mewabah. Dengan itu, tugas para petugas medis akan semakin berkurang dan virus bisa mereda.

Lalu, bagaimana dengan jurnalis. Seorang jurnalis juga memiliki mobilitas tinggi. Wartawan harus ke lokasi, untuk mendapatkan berita. Meski saat ini jaman sudah canggih, narasumber dapat dihubungi untuk wawancara. Namun, jurnalis harus tetap memperoleh photo.

Apalagi, dijaman saat ini. Semua berita selalu tampil di media online, otomatis photo dan berita harus eksklusif. Jurnalis harus berkejar dengan jurnalis lain untuk mendapat informasi terkini dan mendahulukan tampil di media mereka masing-masing. Semakin eksklusif, maka semakin banyak pembaca di media online mereka.

Saling berbagi info sesama jurnalis, sudah biasa di lapangan. Biasanya mereka berkumpul di sebuah cafe atau warung kopi untuk saling bertukar informasi. Lalu, dengan sigap dan cepat mereka menuju lokasi sumber berita.

Potensi tertular, juga sangat besar kepada para pemburu berita ini. Jurnalis selalu berbaur dengan rekan sejawat bahkan orang lain yang menjadi sumber berita. Termasuk, jika seorang pasien positif Corona meninggal dunia dan dimakamkan, jurnalis harus ke lokasi untuk melakukan peliputan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun