Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Review “Haji Backpacker”:Mencari Jawaban Tuhan di Sembilan Negara

7 Oktober 2014   00:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:08 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_364493" align="aligncenter" width="583" caption="Abimana Aryasatya (uniqpost.com)"][/caption]

JudulFilm: Haji Backpacker

Sutradara: Danial Rifki

Bintang: Abimana Aryasatya,Dewi Sandra, Laura Basuki, Laudya Cynthia Bella, Dion Wiyoko, Pipik Dian Irawati, Kenes Andari

Rated :****

Suatu gurun di kawasan Iran, Timur tengah sebuah bus dicegat sekelompok orang bersenjata.Salah satu penumpang digelendang ke sebuah pondok di tengah gurun. Di sana dia ditemui pimpinan kelompok itu yang ingin segera menginterogasi Mada (Abimana Aryasatya), yang mengaku orang Indonesia.Namun pimpinan itu menuding Mada sebagai agen Mossad (dinas rahasia Israel) pasalnya di passportnya Mada ada di sejumlah tempat dalam waktu singkat.Karena tidak yakin Mada adalah muslim, pimpinan itu memintanya membaca Al qu’ran dengan surah secara acak.Setelah bertayamum, Mada membaca Surrah Yasintidak saja dengan lancar, tetapi seperti keluar dari hati karena mengingat masa silamnya. Pimpinan itu tersentuh dan ia mengucapkan istigfar.

Adegan mencekam di gurun itu merupakan salah satu adegan yang menjadi catatan menarik saya untuk film Haji Backpacker. Adegan itu terlihat begitu realistis dan aktual yang bisa ditemui bila berpergian dikawasan tertentu di Timur Tengah. Mada dan anggota kelompok bersenjata itu benar-benar sulit berkomunikasi, kecuali dalam BahasaInggris sepatah-sepatah.Tak terbayangkan kalau saya ada di sana, salah ucap sedikit senjata api menyalak dan nyawa pun melayang.

Diceritakan karena kemarahan kepada Tuhan, kehilangan ibunya (Pipik Dian Irawati) , serta patah hati karena ditinggalkan kekasihnya Sofi (Dewi Sandra),Mada kehilangan keimananya pada Tuhan.Dia berkelana ke Bangkok dan hidup dengan nilai-nilai yang lebih bebas sebagai backpacker. Dia tidak peduli pada Shalat lagi.Di sana Mada berteman dengan sesama backpacker, berhadapan dengan kekerasan jalanan dan nyaris terbunuh oleh kawanan preman, kalau tidak dilindungioleh Maryati alais Marbel (Laudya Cynthia bella), pemijat wanita dari Indonesia terdampar ke Bangkok karena ulah agen yang menipunya. Lagi-lagi realistis.Sampai kemudian ia mendapat kabar dari kakaknya bahwa ayahnya (Ray Sahetapi) sudah meninggal.

Mada pun minggat ke Hanoi, selain menghindari preman juga mencari jawaban kegelisahannya. Mada bertahan hidup dengan pekerjaan serabutan sampai kemudian secara tak sengaja terdampar ke Lijiang, suatu kawasan di propinsi Yunan, Tiongkok yang penduduknya banyak menganut Islam. Mada bertemu seorang ustad setempat dan anaknya Suchun (Laura Basuki) yang memberinya pencerahan dan mendorongnya ke arah petualangan selanjutnya yang berujung jawaban yang diyakininya dari Tuhan pencarian pertanyaannya selama ini. Adegan di Yunan juga realistis, bahasanya bahasa setempat dan hanya berkomunikasi lewat Bahasa Inggris sepatah-patah. Antara Suchun dan Mada. Tetapi panorama di Lijiang ini luar biasa indahnya, menyejukan mata.

[caption id="" align="aligncenter" width="559" caption="Abimana Aryasatya dalam Haji Backpacker (Kredit foto selebuzz)"]

asasasa
asasasa
[/caption]

Haji Backpacker adalah “road movie” sekaligus juga film religimenurut saya. Sebagai “road movie” yang akhir-akhir ini banyak diproduksi sineas Indonesia cukup berhasil,ceritanya yang mengandung pembelajaran di setiap spot yang disinggahi, bertemu banyak tokoh yang memberikan inspirasi, hingga panorama yang keren.Mada diceritakan mengembara di sembilan negara. Sebagai film religi lewat adegan mimpi spiritual mengendarai balon dan tertusuk menara masjid, bertemu ayahnya berpakaian ihram cukup membuat saya takjub.

Tentunya ada perubahan pada diri tokoh utamanya seperti umumnya “road movie” dan ditambah ini film religi. Yang saya suka ialah nilai religi disampaikan tidak menggurui tetapi ditafsirkan, tokoh utamanya tidak suci seperti Nabi. Saya suka kalimat Mada: “Tuhan aku menyerah pada aturanmu, tunjukkan jalanmu!Sekalipun saya salah satu alasan Mada mengembara hanya karena kehilangan perasaan ditinggal Sofi sangat absurd, seolah-olah hanya Sofiperempuan di dunia ini. Tetapi tidak apa juga,banyak orang seperti itu.

HajiBackpacker memberikan banyak informasi soal kebudayan-kebudayaan lokal di Sembilan negara itu sekalipun tidak semuanya detail.Tampaknya film ini digarap sungguh-sungguh dan lebih baik dari film religi sebelumnya seperti Ayat-ayat Cinta yang memaksakan komunikasi Bahasa Indonesia di tanah Mesir. Dari departemen kasting, Abimana Aryasatya menjanjikan sebagai aktor masa depan, walau aktingnyatidak jauh dari 99 Cahaya di Langit Eropa, lebih menarik dia dalam Belenggu. Laura Basuki, cantik dan anggun sekali dengan busana muslim Yunan, serta chemistrinya dengan ayahnya yang ustad malah lebih menarik.

Yang yang jadi catatan saya dari segi kasting ini ialah Laudya Cynthia Bella yang berbeda sekali dibanding karakternya di sinetron dan film sebelumnya.Namun yang paling bagus aktingnya justru cameo semacam pimpinan gerombolan bersenjata di gurun berwajah dingin dengan tatapan yangtajam, pimpinan preman di Bangkok yang keji, hingga guru spiritualdi India yang benar-benar realistis.

Irvan Sjafari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun