Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1960 | Band Botjah, Idola Cilik Warga Kota

21 Mei 2017   08:50 Diperbarui: 21 Mei 2017   09:23 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Band Botjah di Majalah Aneka 1960 (kredit foto: Irvan Sjafari)


Bandung akhir 1950-an dan awal 1960-an sebuah kota yang penuh paradoks. Di tengah kemerosotan ekonomi  dan tekanan  politik terhadap musik dan dansa rock n roll yang dianggap bagian dari kebudayaan asing yang gila-gilaan, band-band mencari jalannya sendiri untuk tetap hidup. 

Pengaruh film Hollywood memicu munculnya band dari kalangan remaja seperti The Alulas, El Dolres Combo hingga band yang semua personelnya perempuan seperti Saptawati.   Pencinta musik Bandung dikejutkan dengan tampilnya sebuah  band yang smeua personelnya adalah anak-anak di bawah umur 14 tahun yang menamakan dirinya Band Botjah.

Berawal dari Hendro salah seorang personel Band Silver Bells Combo kerap menjadikan rumahnya sebagai tempat berlatih musik.  Enam adik-adik Hendro yang masih kecil-kecil mengamati para personel berlatih. Mereka secara legal dan illegal mencoba memukul drum, memetik gitar dan akhirnya mereka berminat pada musik tanpa bisa dilarang oleh Suparma, ayah dari Hendro.

Hendro akhirnya menyempatkan diri mengajar adik-adiknya. Tetapi kemudian ibunya yang punya kegemaran pada lagu daerah yang mengajar. Empat anak Budi, Iman, Rudy dan Boy lebih menonjol. Keterlibatan Kurnain dari Trainning Aids Centre yang baru saja pulang dari beberapa negara atas tugas dari Kementerian PP dan K menemukan bakat anak-anak Suparma yang sebagian besar masih duduk di Sekolah Rakyat menjadi serius.

Pada Oktober 1959 sebuah band pun dibentuk yang dinamakan Band Botjah. Anak-anak lain bergabung membuat jumlah personelnya menjadi 13 orang.  Penampilan perdana mereka di depan umum pada 26 Oktober 1959 di Kolam Renang Karang Setra mendapatkan sambutan.  Pada 10 Februari 1960 band itu diundang mengisi acara pesta khinatan Ketua DPRD Jawa barat .

Kebetulan pada 11 Februari 1960 Kota Bandung kedatangan tamu Raja Bumiphol dan Ratu Sirikit dari Thailand.  Band itu kemudian  tampil di depan para tamu negara dan memikat mereka. Eksistensi Band Botjah memicu beberapa band anak-anak lainnya.

Kontes Musik Kedua Bandung  

Pada 2-8 April 1960 digelar Musik Kontes Kedua di Bandung yang diikuti  48 band dari Cianjur, Tasikmalaya, Cimahi dan Bandung yang dprakasai suatu komunitas musik bernama Ikatan Pelajar Pencinta Seni Indonesia (PPSI) dipimpinan Katiles Panigoro.  Di antara nomor yang dipertandingkan adalah kanak-kanak dan wanita.

Namun pada kontes yang diadakan di Hotel Homann di Lycieum itu Band Botjah hanya menjadi juara kedua. Di tempat pertama Band Aneka Bujung dipimpin Satrio, sementara Putra Agung dipimpin Eddy Nata dan Gema Nada dipimpin Subakti Trisno  masing-masing di tempat ketiga dan keempat.

Pada golongan wanita Band Saptawati pimpinan Kartini Kariadi kembali menjuarai kontes ini untuk kedua kalinya.  Band ini unggul atas Dara Ria pimpinan Tuti Suwarna yang merupakan juara band SMP pada 1959 berada di tempat kedua. Sementara pada tempat tiga dan keempat masing-masing Alunan Dara dan Nada Diana dipimpin wartawati Pikiran Rakjat Emma Jusuf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun