Organisasi pencinta alam bukan hanya sekumpulan orang yang gemar mendaki gunung, mengarungi sungai, menjelajah hutan, tetapi juga kelompok yang bertanggungjawab menjaga kelesatarian Bumi.
Wanadri, sebagai salah satu organisasi pencinta alam tertua di Indonesia menjalankan tugas  itu, sehingga tidak berlebihan kalau Wali Kota Bandung Muhammad Farhan  menyebutnya sebagai "Solo Guru Indonesia dalam bidang eksplorasi dan konservasi, ketika melepas Ekspedisi Wanadri 2025.
Baca: Lepas Ekspedisi Wanadri 2025, Farhan Inilah Soko Guru Indonesia
Kegiatan ini merupakan rutinitas Wanadri sejak berdiri 1964. Sejarah membuktikan bahwa organisasi ini menempa anggotanya agar ulet dan tabah tidak saja di alam, tetapi juga kehidupan.
Baca: Wanadri dan Mapala 1964-1969, Awal Gerakan Pencinta Alam di IndonesiaÂ
Dalam peresmian itu  Ketua Umum Wanadri Dirga Iman Gozali  menyampaikan  kegiatan ekspedisi  mencakup pendakian gunung dengan ketingian di atas 8.000 mdpl, mengarungi sungai, ekspedisi dayung nusantara selama 60 hari hingga kegiatan konservasi.
Sebagian kegiatan ini dipusatkan di Pulau Buru termasuk menanam mangrove dan terumbu karang di pesisir dan laut,
Kordinator/Ketua program pesisir terpadu (ICDP, integrated coastal development program) di bawah divisi lingkungan yayasan Wanadri Achmad Jerry menuturkan kegiatan di Pulau Buru ini merupakan kelanjutan ekspedisi Wanadri Dayung Nusantara (DJN)  seri jejalah Flores pada 2023 dan Belitung pada 2024.
Kegiatan ini menurut Jerry bukan hanya pengamatan dan konservais tetapi juga melibatkan masyarakat. Â Mengapa penanaman mangrove dan terumbu karang penting?
Menurut pria yang bergabung dengan Wanadri sejak 2014 ini perubahan iklim membuat pulau dan peissir di seluruh Indonesia menjadi sangat rentan. Ancaman abrasi yang disertai banjir robs akan sangat berpotensi resiko kehilangan daratan dan tenggelamnya pulau pulau yang ada di Indonesia.