Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Tengah Malam Jahanam (1)

15 Agustus 2021   21:37 Diperbarui: 15 Agustus 2021   21:50 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: http://www.bowsandcurtseys.com/2011/08/midnight-forest-enticing-emerald-eyes.html

Giliran Yuyi tertawa." Ha, Mulder juga begitu, Scullynya apik banget!"

Aku mendadak jadi gugup.

"Oke, deh kalau ada info penting aku kasih pakai pesan suara ya?" Yuyi tahu aku salah tingkah. Dia mencoba mengalihkan perhatian Sundari.

"Hatur Nuhun," ucap Sundari.

Redaksi "Membaca Indonesia" hanya memuat berita bantahan soal benda asing sebagai UFO hanya sebagai gejala alam.   

Bagaimana dengan media luar? Berita ketegangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat di Laut China Selatan, Iran dengan Israel lebih menenggelamkan berita orang-orang hilang yang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berapa tempat dunia.  Analisis beberapa pengamat kemungkinan Perang Dunia ketiga meletus kembali mencuat. 

"Mengapa Mat Setiawan, korlip kita begitu bersemangat menganggap sosok Dhimas Haris, anak muda seorang pejabat yang disebut sebagai calon presiden?" tanya Sundari ketika aku menjemputnya di rumahnya di kawasan Antapani, sekitar pukul sepuluh malam.

"Kepo aja kamu, tapi memang dia dekat Dhimas. Ingin jadi komisaris, barangkali, kalau Dhimas menang" jawab aku berseloroh  sambil menyilakan dia masuk ke taksi daring yang aku pesan.

Kedua orangtuanya mengawasi dari pagar. Mereka percaya padaku karena Sundari sering menceritakan soal aku.  Memang kami pernah beberapa kali jalan bersama, walau sebetulnya hanya jalan-jalan, bukan liputan. Tetapi karena aku setiap menjemput dan selalu mengantarkan kembali sampai ke gerbang rumahnya, ya, jadi dipercaya.

Sebetulnya Sundari bisa sendiri langsung ke kafe di kawasan Dago Atas itu, karena lazimnya rata-rata cewek yang pernah kuliah di jurusan jurnalistik tomboi, sekalipun dia kerap tampil modis. Untuk liputan sendiri, hal biasa dilakukannya.  Termasuk melakukan investigasi terkait lingkungan hidup desk kami, bahkan juga soal kriminal.  Selama ini aman-aman saja.

Kami memang punya kepedulian sama. Pernah waktu kami jalan bersama menelusuri patahan lambang, kami menemukan sepasang  burung berbulu bagus terkena jerat sekelompok remaja kota. Entah species apa, bulunya bagus, berwarna biru mengkilat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun