Kustinah dalam tulisan "Gerakan Wanita dan Kenaikkan Harga beras" dalam Pikiran Rakjat 23 April 1953 mengungkapkan keluhan para ibu rumah tangga. Sejak awal 1953 harga barang kebutuhan hidup seperti susu, tepung, sewa rumah, listriik dan tarif air meningkat 20-75%.
"Kaum ibu makin repot mengatur rumah tangga karena gaji suami tidak cukup," ujar Kustinah mengajak gerkaan wnita menentang kenaikan sewa rumah.
Meskipun demikian poliik beras ini suatu prestasi yang boleh dibilang spektakuler pada masa itu di tengah masih buruknya gangguan keamanan, ketidakstabilan politik akibat jatuh bangunnya kabinet era Demokrasi Liberal. Â Sekalipun hanya untuk sementara. Â
Irvan Sjafari
1. Dalam Ichtisar Gerakan Tani edisi 11/12 November-Desember 1952 disebutkan sebetulnya Indonesia mengajukan 90.000 ton beras tetapi Thailand hanya menyanggupi 60.000 ton.Â
Itu terjadi karena terjadinya penurunan produksi beras Thailand. Â Biasanya setiap tahun negeri gajah putih itu menghasilkan 5-6 juta ton dan dari itu sekitar 1,5 juta ton untuk ekspor. Namun panen terakhir hanya memungkinkan 800 ribu ton untuk ekspor. Iklim yang buruk pada 1952 dan transportasi menjadi penyebab.
2. Dalam "Majalah Ichtisar Gerakan Tani", No.8, Agustus 1952 disebutkan adanya bantuan kepada petani. Â Misalnya Kantor Urusan Gerakan Tani di Tasikmalaya memberikan kredit kepada sejumlah organisasi tani di 11 desa di Kecamatan Indihiang uang sejumlah Rp340.000. Satu desa mendapatkan kredit Rp25.000 hingga Rp35.000. Â Uang itu dipakai untuk modal pembelian hasil panen dari 11 desa itu dengan harga bebas. Â Lama pinjaman 5 tahun dengan bunga 10 persen per tahun.