Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Politik dan Krisis Beras di Jawa Barat 1950-an Awal

25 Juli 2021   12:29 Diperbarui: 31 Juli 2021   19:42 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto: Buku Propinsi Jawa Barat, 1953/repro Irvan Sjafari

Pada tahap pertama 5 Januari 1953 Kota Bandung saja dibanjiri beras giling dalam negri sebanyak 300 ton dengan harga Rp2,20/kg.  Jumlah itu didukung oleh beras persedian dari luar negeri dengan kualitas tinggi disimpan di gudang-gudang beras Bandung.  

Kawasan Karawang dan Cianjur dilaporkan panen beras. Hasil panen ini kemudian didistribusikan ke daerah-daerah yang kekurangan (Pikiran Rakjat, 6 Januari 1953)

Menurut keterangan Menteri Pertanian Sardjan harga Rp2 itu dipertahankan adalah merupakan salah satu dasar yang terpenting bagi usaha-usaha di lapangan lainnja dan untuk kehidupan rakyat pada umumnya.

Di lapangan perindustrian umpamanya kost pris untuk hasil-hasilnya tetap lebih tinggi.  Buruh-buruh dengan upah yang mereka terima tidak bisa membeli bahan makanan yang pantas karena mahalnya (Pikiran Rakjat, 26 Maret 1953)

Selain itu disebutkan masih tingginya kejahatan berefek mengeruhkan masyarakat, apabila harga beras tidak dikejar lagi oleh rakyat jelata.  Ketenangan hati di kalangan pegawai negeri, polisi dan tentara akan terganggu, bila harga beras lebih tinggi daripada minimum gaji mereka terima.

Impor beras dalam 1952 sekitar 60 ribu ton1 dari Thailand bisa dilaksanakan lancar terutama bisa masuk pada waktu yang ditentukan, karena produksi beras di dalam negeri di 1952 ada lebih baik, dari pada di tahun 1951 dan yang terpenting karena politik beras juga mengalami perubahan yang radikal.

Di masa sebelum 1953 organisasi-organisasi partikelir berdagang beras bersama organisasi partikelir penggilingan beras diserahkan menjalankan politik beras pemerintah.  Dalam praktik pembelian beras dari luar negeri yang dilakukan oleh kongsi-kongsi dagang beras dan pembelian padi dalam negeri dilakukan oleh pabrik-pabrik beras. 

Organisasi-organisasi itu melakukan tugas yang diberikan pemerintah tetapi juga melakukan perdagangan beras. Dengan modal dan kekuatan monopoli beras dan memainkan harga., 

Lebih kuat lagi keluasan monopoli mereka itu dan sesudah pemerintah memberi tugas dan modal baru untuk politik beras, beras dari luar negeri selalu terlambat, pada musim panen  harga beras jatuh, harga padi rendah.

Kekuatan Monopoli Organisasi Penggilingan Beras Dilucuti 

Pada 1953 pemerintah menempuh jalan yang sama sekali baru. Organisasi penggilingan beras dan pedagang beras dilucuti kekuatan monopolinya. Penggilingan beras ini hanya boleh menggiling beras pemerintah saja, ia tidak boleh jual beras atau padi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun