Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misi di Gunung Keramat

24 Mei 2021   18:39 Diperbarui: 24 Mei 2021   18:44 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit Foto: https://intisari.grid.id

Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Gunung Keramat. Beredar cerita turun temurun gunung ini sebagai pintu gerbang antar dimensi.  Gunung ini tempat kerajaan mahluk halus, katanya.  Para pendaki gunung ini sangat berhati-hati untuk bilang permisi.

Mereka yang percaya menjadikan gunung ini sebagai pemujaan untuk mendapatkan kekayaan.  Jejak mereka tampak di sejumlah tempat menuju puncak gunung yang tingginya 2.750 meter.

Dua laki-laki berjalan dengan tergesa-gesa menelusuri jalan setapak menuju puncak gunung dari jalur normal.

"Ada tempat kemenyan dan sajian, baru dilakukan oleh dua orang kemarin.  Padahal penjaga gunung ini sudah melarang pendakian, karena gunung api sedang aktif. Mereka bisa kena awan panas," ujar orang yang pertama.

"Mereka tidak tahu kepada siapa harus meminta. Lagipula kalau mereka mau berupaya tidak perlu seperti ini," sahut orang yang kedua.

"Untung ada cerita kerajaan mahluk halus. Kalau tidak bisa lebih rusak ini hutan di gunung ini," sambung laki-laki pertama.

"Mereka ada. Tapi kalau tidak diganggu, ya tidak mengganggu manusia."

Kedua laki-laki itu beerpakaian jins dan kotak-kotak dengan ransel dan topi.  Mereka kerap bertemu pendaki yang turun dan ikut menyapa.

"Kita harus menyamar dengan pakaian ala pendaki gunung ini untuk menyelamatkan seorang pemuda frustasi ingin bunuh diri di gunung karena ditolak cintanya oleh teman sekampusnya. Spektakuler, biar si cewek terkesan. Mengapa tidak melompat dari gedung saja? Lebih cepatkan?"

"Mungkin itu karena dia merasa namanya Askar Marapi.  Almarhum ayahnya tentara sedang berada di lereng Marapi ketika tahu kabar anaknya lahir."

Kedua laki-laki itu masih menapak jalan yang melalui pohon-pohon dan onak.  Mereka mengamati jejak lima pasang sepatu di tanah yang sedikit becek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun