Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Padri: Adu Benteng di Ranah Minang (2)

15 Mei 2021   21:39 Diperbarui: 15 Mei 2021   21:54 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertempuran di Bukit Koriri-- www.nederlandsekrijgsmacht.nl

Perlawanan penduduk meningkat berkobar di berbagai nagari, Tarantang Tunggang, Lubuk Ambalau, hingga Rao. Di seluruh Lembah Alahan Panjang sebanyak 142 tentara Belanda tewas. Sumber lain menyebutkan selama pertempuran serentak pada pada  11 Januari 1833  sekitar 139 tentara Eropa dan ratusan tentara pribumi tewas.

Kematian  serdadu Belanda  dalam jumlah yang signifikan membuat pejabat Belanda di Kota Padang mencurigai Sentot Alibasyah jenderal dari Perang Jawa, mantan panglima utama Diponegoro,  yang bergabung dengan Belanda.

Sentot dituding turut andil dalam penyerangan yang mematikan tersebut . Mereka  mengirim Sentot ke Batavia untuk diinterogasi. Sentot kemudian dibuang ke Bengkulu.

Tentara Belanda yang bertahan berada di bawah, Polandia mengambil alih komando benteng dan menempatkannya dalam kondisi perlawanan yang cukup.  Namun pemberontakan semakin kuat dan Agam bertahan pada akhir Mei.

Kontak antara benteng De Kock, Vermeulen Krieger dan Koriri dipatahkan, Benteng Tambangang terancam, yang di Goegoer-Sigandang diserbu, Agam menjadi titik fokus pemberontakan. Pada 24 Mei 1833, Belanda kehilangan Letnan satu infanteri Tamson di Sungai Pua.

Mayjen Riesz  datang  dengan kekuatan 1.100 orang ke Padang, dimana dia bertindak sebagai komisaris sipil pada  8 Juni.

Meskipun banyak meraih kemenangan dan menewaskan sejumlah tentara Belanda, Kaum Padri juga kehilangan salah satu pimpinannya Tuanku Rao. Dalam pertempuran di Air Bangis, pada  29 Januari 1833, Tuanku Rao mengalami luka berat akibat dihujani peluru dan tertangkap.  

Kemudian dia naik ke kapal untuk diasingkan. Belum lama ini di atas kapal, Tuanku Rao meninggal. Diduga jasadnya kemudian dibuang ke laut oleh pasukan Belanda.

Selain itu, Sultan Tangkal Alam Bagagar yang sebelumnya diangkat oleh Belanda sebagai Regent Tanah Datar ditangkap oleh pasukan Letkol Elout pada 2 Mei 1833 di Batusangkar dengan tuduhan makar.

Pada Juli 1833, Pasukan Belanda dalam tiga kolone, di bawah komando Mayor du Bus, Eilers dan Kapten de Vos van Steenbergen, bergerak ke Agam dan harus merebut Kamang, di mana pasukan Padri menduduki garis yang dibentengi.

Garis ini diserang dari tiga sisi, oleh divisi di bawah Du Bus, Komandan Elout dan Mayor De Quay.  Kelompok Mayor Du Bus tiba lebih dulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun