Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Miles Film 25 Tahun: Inovator, Motivator, Kolaborator

27 Oktober 2020   20:45 Diperbarui: 27 Oktober 2020   20:54 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto:Instagram/Picuki Miles Film.

Air muka Muslimah (Cut Mini) tampak cemas berdiri di beranda sekolahnya yang bobrok. Itu hari pertama dia mengajar sebagai guru di SD Muhammadyah Kampung Gantong. Keinginan itu bisa terpenuhi kalau jumlah murid  mencapai 10.  Dengan angka tersebut SD itu bisa diteruskan.

Semangatnya tetap menyala sejak ia bertemu Lintang, anak pesisir yang rela mengayuh sepeda berpuluh kilometer untuk sekolah.  Namun sampai waktu yang ditentukan baru 9 anak mendaftar dan diselamatkan oleh seorang anak yang harusnya masuk SLB jadi murid ke 10.

Prolog film dan sekaligus novelnya luar biasa.  Saya sudah membaca berbagai literasi bahwa pada waktu itu Bangka-Belitung penghasilan timah yang menghasilkan devisa bagi negara, sayangnya tidak menetes ke rakyat kebanyakan.  Kalau pun ada, tidak berdampak signifikan.

Orang-orang yang bekerja di PN Timah menyekolahkan anak-anaknya di SD PN Timah berbeda bak bumi dan langit dengan anak-anak asuhan Bu Mulimah. Mental baja guru ini dan kisah hidup Ikal (nama Andre Hirata waktu itu), Lintang, Mahar dan lainnya yang mampu menunjukan mereka berbuat banyak hingga memenangkan lomba cerdas cermat menjadikan film ini luar biasa. 

Riri Reza mampu menyuguhkan perjuangan seorang guru di tempat terpencil yang bahkan sampai saat ini masih ada yang seperti itu di daerah tertentu.  Dari sisi sinematografi, Riri menyuguhkan gambar bagus pantai hingga pedalaman Belitung.  Bahkan dalam berapa degan miirp film dokumenter dengan narasi.

Tak heran seorang penoton yang mengajak anaknya dalam oborolan dengan saya mengatakan, bosan melihat Jakarta, ingin melihat Belitung ternyata bagus.  Dampak film ini Belitung menjadi destinasi wisata dan disebut sebagai Bumi Laskar Pelangi.  Bahkan replika SD Muhammadyah di Gantong tempat syuting film jadi salah satu destinasi wisatanya.

Dampak lain film ini ialah Muslimah dan 11 anggota laskarnya bersepeda rupa-rupanya juga diikuti oleh sineas lain. Berapa film menyelipkan adegan bersepeda beramai-ramai ini.

Sang Pemimpi: Kegelisahan Dunia Melayu Indonesia

Saya juga menonton sekuel Laskar Pelangi, yaitu Sang Pemimpi dua kali, yaitu waktu press screening 14 Desember dan pada 18 Desember 2009 jam 16:35 di Cinere21, yang menceritakan kehidupan Ikal alias Andre Hirata  sewaktu duduk di bangku SMA. Film ini fokus pada tiga sekawan, Ikal (Vikri Setiawan), Aray (Rendy Ahmad) dan Jimbron (Azwar Fitrianto).

Ikal menjadi kesayangan guru Bahasa Indonesianya Julian Bastian (Nugie)  karena pandai mengarang dan Aray merayu Zakiah Nurmala (Maudy Ayunda) lewat Fatwa Pujangga, Riri Reza menggambarkan dunia remaja yang berbeda dengan A2DC.

Sang Pemimpi adalah perjalanan mencari jati diri dan mengejar keinginan seperti Laskar Pelangi. "Kalau kau tidak punya mimpi, maka kau akan mati," cetus Arai pada Ikal dalam sebuah dialog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun