Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Shift Malam

5 Oktober 2020   12:56 Diperbarui: 5 Oktober 2020   23:36 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Nationalgeographicindonesia.com

Sebagai redaktur media daring, Aku siap bekerja di shift kapan saja.  Membaca Indonesia membagi para redakturnya bekerja lima hari per minggu dengan dua hari libur (tidak harus Sabtu-Minggu) dengan empat shift, termasuk shift malam antara pukul 10 malam hingga 6 pagi.

Shift pertama yang baru mulai pukul 5 pagi hingga pukul satu siang. Shift kedua pukul 11 siang hingga 7 malam, dan shift ketiga pukul 3 sore hingga 11 malam. Waktu berhimpitan ini, dimaksudkan untuk mencegah kelelahan terutama di shift siang, yang biasanya berita running bertumpuk antara pukul 10 hingga 12 dan pukul 4 sore hingga 8 malam.

Shift keempat ini dianggap beritanya paling dari luar negeri, itu pun kerap langganan dari kantor berita asing hingga tidak perlu dijaga banyak orang. Sebetulnya tidak menjadi masalah, karena redaktur dan editor karena kemajuan teknologi bisa mengunggah dan menayangkan berita dari rumah atau tempat manapun, tidak harus di kantor.  Jadi tidak perlu takut akan malam.

Hanya saja Pimpinan Redaksi dan Redaktur Pelaksana  tetap harus menugaskan setidaknya dua redaktur untuk jaga di kantor. Nah, inilah yang kini aku alami, melewatkan malam di kantor. 

Satu redaktur lagi bertugas dari rumah bernama Wayan Indrawan, posisinya di Kuta. Asyik, juga tengah malam di pantai dan dia suka bekerja dengan laptopnya di sanggarnya yang terbuka daerah pantai. Kebetulan dia juga seorang pelukis.

Masalahnya, malam ini Bang Mat Setiawan tidak bisa bertugas karena sakit dan tidak ada yang bisa menggantikan.  Tapi Redpel aku memperbolehkan menugaskan reporter kesayanganku, nama Dewi Sundari menjadi asisten sementara, karena dia kerap satu bidang dengan aku, kesehatan, lingkungan hidup dan pariwisata. 

Aku yang  berkeras merekrutnya tiga tahun yang lalu, meskipun dia  lulusan sebuah Fakultas Ilmu Komunikasi terkemuka  di Bandung, tetapi penampilannya modis, di mata senior seperti Mat Setiawan lebih cocok jadi sekretaris redaksi. Mereka kemudian keliru keliru, produktivitas kami kalau berpasangan di atas rata-rata. 

Sundari, panggilannya, karena dia tidak mau dipanggil Dewi yang dianggapnya pasaran, posisinya sekarang ada di kamarnya di lantai atas sebuah rumah di kawasan Antapani, Bandung.  

Masih terlihat emotion gembiranya ketika aku hubungi lewat WA untuk bantu aku jadi penulis berita dan besoknya, seharian tidak turun ke lapangan, boleh tidur.

Kamar  aing sudah dikunci, jendela aku tutup tirai, ada  termos besar, dua cup mi instan, tiga saset kopi instan, susu cair kaleng, satu botol air mineral besar. Pokoknya komplit. Keluar hanya buang air kecil. Telinga dipasang headset terhubung laptop.

Aku juga memilih tempat kerja di partitur bagian tengah ruangan redaksi di lantai empat, kantor. Jendela aku kunci dan tutup tirai, lagi pula ber-AC. Di sebelah notebook juga ada cangkir kopi, termos besar, minuman susu kalengan, juga cup mi instan dan sebotol air mineral  seperti yang disiapkan Sundari.  Lampu utama dimatikan, hanya lampu ada di meja dan juga headset.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun