Lalu merunduk ke kolong meja sambil mematikan lampu. Â Aku kirim chat ke Sundari.
Jika mendengar suara-suara ini. Matikan lampu kamar dan ponsel. Segera bersembunyi di kolong meja tulis.Â
Aku mengirim voice yang direkam Hendaru, Lukman  bersama suara sesuatu yang terbang berderet dari luar kepada Sundari.
Iya, Kang. Seperti Itu suaranya. 02.32.
Listrik  di luar juga padam. Mungkin pemadaman lokal. Siapa pun yang mematikan listrik bermaksud melindungi manusia dari mahluk-mahluk itu.  Aku mematikan notebook dan ponsel biar tidak ada cahaya, kemudian masuk di kolong meja. Di luar suara-suara itu berisik. Ada yang menempel di jendela lalu keluar lagi. Ada teriakan manusia yang begitu menakutkan.
Aku bersyukur melewatkan sepuluh menit menyeramkan itu. Listrik di luar menyala lagi.  Aku kemudian memberanikan diri  duduk di meja, meghidupkan notebook tanpa lampu meja, meneruskan tugas.
Mas, aku sudah di rumah. Ayah dan Bunda memeluku. Tapi aku tidak melihat Berti dan kawan-kawan, hanya motor mereka tergeletak. Seram. Terima kasih memberi saran. 04.59. Chat dari Lukman.
Hingga saat ini belum ada laporan dari Hendaru maupun Benny, mudah-mudahan mereka selamat.
Redaktur shift pertama sudah muncul jam 05.00. Mereka bekerja dari rumah. Aku jenak untuk salat subuh untuk bersyukur. Sejam lagi shiftku berakhir. Entah apa keterangan dari yang berwenang besok, terkait kejadian-kejadian aneh ini. Itu urusan shift berikutnya.
Irvan Sjafari
Cinere, Tengah Malam, 5 Oktober 2020, revisi dari naskah 2011 di kantor Ponsel, Pejaten, Jakarta.