Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Guru Minda (4)

15 September 2020   16:56 Diperbarui: 15 September 2020   17:08 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi-ceritanakdunia.com

"Lah, yang satu lagi mau diapakan?" tanya seorang tamu begitu antusias.

Purbaendah tersenyum. Dia mengeluarkan cambuknya. Tawanan itu ketakutan. Keringatnya bercucuran.  Purbaendah menghentakan cambuknya ke arah lain membuat api menghancurkan sebuah batu.

"Kamu mau merangkak ke kakiku atau mau merasakan cambuk sakti ini?"

Laki-laki itu merangkak ke arah Purbaendah dan mencium kakinya.

"Kamu mau jadi budakku?"

Laki-laki kerempeng memeluk kakinya sambil menangis. "Mau?"

"Cukup, Aku ingin dia jadi budakku!"

"Hatur Nuhun!"

Purbaendah memberi isyarat. Tawanan laki-laki itu  diseret pengawal ke suatu tempat. Aku menyaksikan itu cukup bergidik. Gadis Purbaendah itu masih misterius. Sejauh ini dia hanya suka merisak dan mungkin pernah menyiksa musuh-musuhnya, namun belum pernah membunuh di mataku.

"Anjeun baik sekali," kata Purbararang tertawa. "Kamu mau tugaskan apa?"

"Aku belum punya tukang kuda, kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun