Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dayang Sumbi (1)

4 Juni 2020   17:24 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kredit foto: https://www.qureta.com/post/dayang-sumbi-dan-intelektualitas-perempuan-sunda/pixabay

Masa Depan adalah Sejarah

SATU

Namaku Mayang Kusuma. Usiaku dua puluh tujuh tahun menurut waktu Planet Titanium. Entah berapa tahun kalau diukur dengan waktu Planet Bumi, tempat asal kami koloni manusia yang terserak di tujuh koloni Preanger Satu hingga Preanger Tujuh. Aku tinggal di Preanger Dua bersama anakku, Elang.

Kata para tetua satu hari di Planet Bumi setara dengan dua puluh empat jam. Sementara satu hari di sini tiga puluh jam kalau menggunakan ukuran bumi. Planet Titanium punya matahari lebih besar yang membuat siang di garis katulistiwa begitu panas.

Para pendahulu kami memilih tinggal di daerah subtropis hingga lebih sejuk dan panasnya mirip panas tropis di planet nenek moyang kami. Suhunya pada musim panas paling tinggi 30 derajat Celcius dan musim hujan sekitar delapan belas derajat celcius dan di atas gunung rata-rata sepuluh derajat. 

Kalau malam pemandangan indah karena planet kami punya dua bulan atau bulan kembar. Bila mereka purnama bersamaan maka malam pun berderang.

Biasanya pada malam purnama kembar, para penghuni Preanger lebih banyak di luar. Itu kalau tidak hujan. Menurut cerita para tetua yang dimuat dalam buku di perpustakaan digital, planet asal manusia itu hanya mempunyai satu bulan.

Gagasan transmigrasi manusia menurut cerita para prangtua kami dan juga buku sejarah di perpustakaan kami berasal dari Gedebage Bandung Technopolis. Tanpa sengaja tim ilmuwan mereka mengetahui adanya planet yang serupa dari segi ekologis dengan bumi, hanya ukuran sedikit lebih besar.

Menurut buku sejarah Titanium tersebut, gagasan para ilmuwan ini didukung oleh seorang pimpinan yang sejak menjabat wali kota hingga jadi gubernur begitu visioner, menangkap peluang ini. Dia mendorong menciptakan pesawat ruang angkasa untuk relawan perintis pembangunan Pranger Satu hingga Tujuh.

Aku tidak tahu persis bagaimana gagasan ini diwujudkan dan dari mana biayanya. Aku sendiri generasi ke tujuh sejak koloni manusia hadir di Titanium.  Tahun ini tahun ke 200 dalam sejarah Titanium.  Tahun depan kami memulai abad ke tiga.

Pemukiman didominasi rumah dengan desain berarsitektur budaya Sunda, seperti dikatakan dalam buku.  Tapi di dalamnya ada penyejuk ruangan, penerangan serta peralatan memudahkan yang digerakan dengan energi matahari, yang menjadi kuat karena ada mataharinya lebih besar. Tentunya ada juga bangunan gedung serupa dengan di Bumi ketika perintis berangkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun