Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Catatan dan Masukan untuk Ekstrakurikuler Pramuka

23 Februari 2020   18:52 Diperbarui: 25 Februari 2020   04:36 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kegiatan Pramuka di Cikole Foto: sdk3.binabakti-bdg.sch.id

Mungkin sudah saatnya organisasi Pramuka dan juga PMR tidak lagi berbasis sekolah, tetapi komunitas.

Peminat Pramuka atau PMR dari berbagai sekolah bergabung di suatu titik atau wilayah untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka akan menambah teman dan juga sebetulnya juga secara tidak langsung bisa mengurangi tawuran antar sekolah. Tentunya untuk ini ada kendala koordinasi.

Tetapi setahu saya ketika membaca koran 1950-an, kegiatan Pramuka dan Palang Merah Pemuda pada masa awal Republik berbasis komunitas tidak pada sekolah dan mereka sepertinya pandu sejati.

Memang waktu itu kepanduan masih berbasis ormas seperti Hizbul Wathon, Pandu Katolik, Ansor dan sebagainya, kemudian disatukan.

Tetapi Pramuka awal juga pada wilayah, bukan berbasis sekolah? Dari cerita mantan pandu dan dari berbagai surat kabar masa silam, rasanya pandu dulu tangguh.

Saya tidak ikut pramuka, tetapi PMR. Pada pertengahan 1980-an hingga 1990-an, sejumlah SMA di Jaksel, termasuk SMA 28 tempat saya sekolah pernah membuat Latihan Gabungan (Latgab) di luar kota (outdoor) sebagai sebuah terobosan.

Dalam sebuah latgab ada dokter yang alumni sebuah sekolah ikut melatih. Sayangnya tidak terus berjalan, tenggelam karena perubahan zaman.

Mengapa Pramuka tidak seperti itu dalam suatu wilayah? Misalnya Pramuka dalam sebuah kecamatan. Mengapa hanya mengandalkan Jambore? Tentunya pelatih profesional berperan di sini.

Selain itu kegiatannya bisa diselingi yang fun seperti belajar jurnalistik membuat blog untuk komunikasi, mengenal media sosial yang sehat, kerajinan tangan, wirausaha, dan outdoor pun tidak harus yang ekstrim, tetapi juga mengunjungi situs sejarah, museum, hiking yang ringan seperti di Tahura Juanda, mengunjungi kebun buah hingga berkaitan dengan lingkungan hidup.

Moga-moga ke depan musibah yang menimpa adik-adik di SMPN Turi Sleman tidak terulang lagi.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun