Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1965, Meningkatnya Popularitas Siliwangi

20 Januari 2020   17:38 Diperbarui: 20 Januari 2020   17:40 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Peringatan HUT Kodam Siliwangi pada Mei 1965-Foto: Repro Pikiran Rakjat/Audiovisual Perpusnas.

Seruan itu terkait dengan kejadian di Yogyakarta pada 25 Februari 1965 ketika diadakan pertemuan pemuda di Kepatihan, di mana HMI tidak diikutsertakan karena dianggap tidak revolusioner. Rombongan HMI justru datang dengan membawa fandel dan bendera hingga terjadi bentrokan dengan Pemuda Rakyat.  Bentrokan juga terjadi di depan sebuah bank, mengakibatkan dua mahasiswi luka-luka, serta terbakarnya beberapa sepeda dan sepeda motor (1).  

Namun yang paling menggembarkan adalah berita gugurnya Pelda Sudjono  dikeroyok 200 anggota Barisan Tani Indonesia dan Pemuda Rakyat di sebuah perkebunan di Sumatera Utara pada 14 Mei 1965.  Ketika akan meninjau bersama Peltu Pura dan Kasim Saragih, untuk mengawal traktor mereka dihadang massa  PKI dengan teriakan: "Kamu tentara Neokolim, Hansip Neokolim".  Yang membuat gempar ialah kepala Sujono dicangkul. Pembunuhan Sudjono menjadi berita di Pikiran Rakjat, 22 Mei 1965. 

Secara nasional insiden itu dikenal sebagai Peristiwa Bandar Betsi.  Dalam sumber lain disebutkan Sujono dan tiga rekannya ingin mengangkat traktor yang terperosok. Mereka memang ingin mencegah aksi sepihak PKI yang ingin mengusai tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara. Peristiwa ini meningkatkan ekskalasi ketegangan antara Angkatan Darat dan PKI.

Popularitas tentara juga  untuk hal lain.  Tentara dilibatkan dalam operasi menindak kriminal pada April 1965.  Hijrah pencopet dari Jakarta ke Bandung tercium karena serangkaian aksi kriminal yang meningkat. Sejumlah warga, seperti Dokter Utoyo kecopetan di Jalan Raya Barat, seorang mayor di depan Gedung MPRS, Edito di depan Bioskop Puspita.

Pada 18 April 1965 razia gabungan Angkatan Kepolisian, Kodam Siliwnagi, termasuk CPM membekuk 110 pencopet. Perkelahian antara aparat keamanan dan pencopet terjadi di atas kereta api cepat di dekat Indramayu menjadi berita sensasional, di mana seorang pencopet yang hendak melukai petugas ditembak.  Para pencopet ditahan di Kodam Siliwangi, bukan di tahanan kepolisian. Tindakan keras ini berhasil membuat suasana peringatan 10 tahun Konferensi Asia Afrika menjadi aman.

Sukarno kemudian memang memberikan apresiasi tinggi kepada Siliwangi.  Pada 28 Agustus 1965, Presiden Sukarno memberikan anugrah Sam Karya Nugraha kepada Divisi Siliwangi. Anugrah tertinggi yang pertama dan satu-satunya diterimakan kepada kesatuan militer sepanjang pemerintahan Sukarno (2)

Irvan Sjafari

Catatan Kaki:

  1. Taufik Abdullah, Sukri Abdurahman, Restu Gunawan, "Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional: Bagian II Konflik Lokal", Yayasan Pustakan Obor, 2012, halaman 112.
  2. Martin Sitompul, "Loyalis Sukarno Bernama Ibrahim Adjie" dalam Historia Online https://historia.id/militer/articles/loyalis-sukarno-bernama-ibrahim-adjie-vZ5AB

Sumber Lain:

Pikiran Rakjat, 11 Maret 1965,  21 Maret 1965, 25 Maret 1965, 20 Mei 1965, 15 April 1965, 20 April 1965, 21 Mei 1965, 22 Mei 1965.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun