Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Daniel Isn't Real", Teror Teman Khayalan

11 Desember 2019   17:39 Diperbarui: 13 Desember 2019   15:55 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam film Daniel Isn't Real -Foto: www.rogerebert.com

Suatu pagi cerah pada sebuah kafe di Brooklyn, New York, seorang pelayan melayani permintaan sarapan kepada pelanggan dengan ramah, hal yang rutin dilakukannya. Pengunjung kafe menikmati hidangan dengan santai.

Seorang pemuda mendadak mendobrak melepaskan tembakan dengan brutal. Beberapa pengunjung bertumbangan. Pemuda itu kemudian terkapar terkena tembakan. Seorang anak laki-laki bernama Luke, tertengun, menyaksikan mayat bersimbah darah itu. 

Luke yang shock, diajak seorang bocah lain yang mengaku bernama Daniel untuk bermain bersama. Luke menyetujui. Anak yang jadi korban "broken home" ini memang kesepian dan sejak itu Daniel menjadi teman bermainnya.

Sementara sang ibu hanya melihat Luke sendiri bermain pedang-pedangan dengan gagang sapu di ruang keluarga. Lewat adegan ini penonton digiring bahwa Luke punya teman khayalan. Hal yang biasa sebetulnya bagi anak usia 3-8 tahun, karena ada juga anak yang bermain dengan boneka. Luke ini juga menjadikan boneka beruang yang diberi nama Wilbur sebagai temannya.

Daniel, teman khayalannya ini justru mengendalikan Luke, dengan memberi obat-obatan pada ibunya. Sang ibu kemudian meminta Luke mengunci teman khayalannya ini di rumah boneka.

Berapa adegan yang beruntun dalam film Daniel Isn't Real mengarahkan saya bahwa film yang disutradarai oleh Adam Egypt Mortimer bergenre psychological thriller. 

Cerita bergulir ketika Luke dewasa (Miles Robbins),  seorang mahasiswa bermasalah di perguruan tinggi disarankan oleh terapisnya untuk menghidupkan kembali teman imajiner masa kecilnya, Daniel (Patrick Schwarzenegger) untuk membantu dia menyelesaikan masalah dan mencapai keinginannya. Kunci rumah boneka dibuka.

Daniel hadir kembali. Dalam berapa peristiwa membantu Luke di kuliahnya hingga hubungan dengan teman perempuannya, Cassie (Sasha Lane).  Namun pada perjalanannya Daniel kembali mengendalikannya dan berubah menjadi sosok yang menakutkan dan membahayakan orang-orang terdekat Luke.

Sampai di sini bisa ditebak bahwa kemungkinan Luke menderita Skizoprenia. Masuk akal karena Sang Ibu (Marie Stuart Masterson) digambarkan juga mengalami depresi mengkonsumsi obat anti depresan, menggunting buku dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa. 

Tetapi "Daniel Isn't Real" memberikan akhir yang tak terduga. Sepertiga akhir film ini menjadikan saya bertanya apakah batas antara psychological thriller dengan horor atau keduanya bisa disatukan?

Review

Cukup banyak film tentang jiwa terbelah. Saya mulai mengenal film orang yang mengalami split personality ini lewat  "Raising Cain (1992) karya Brain de Palma, yang menggambarkan menderita tokoh utamanya karena jiwa yang terbelah.  Dalam film ini sisi kepribadian lain digambarkan sebagai antagonis.  Tokoh utamanya ketakutan menghadapi pribadi kembar yang menguasai dirinya. 

Cerita yang sebangun adalah "Shutter Island" (2010), "Identity" (2003) menggabungkan banyak kepribadian kembar dan salah satunya jahat. Tentunya juga "Psycho" (1960) karya Alfred Hitchcok.

Kalau di dunia buku ada kisah "Sybil dengan Enam Belas Kepribadian". Semua cerita tentang jiwa terbelah ini digambarkan begitu mengenaskan.  Pelajaran yang bisa diambil hanya satu hati-hati ketika tinggal dengan anak  usia 3-8 tahun, baik orangtuanya, maupun kakaknya, apalagi yang menumpang jangankan berbuat child abuse, menampakan kekerasan pada anak juga membawa dampak serius.   

Beda dengan "Fight Club" (1999) karya David Fincher yang memberikan gambaran abu-abu pada sosok pribadi kembar. Dalam film ini kepribadian kembar itu muncul karena kesepian dan film ini kritik sosial pada masyarakat Amerika Serikat yang cenderung individualis.

"Daniel Isn't Real" lebih pada yang pertama, dengan sinematografi yang cenderung surealis dan spiritual memberikan kesan yang mencekam. Film ini juga memperkuat stigma bahwa orang yang punya masalah kepribadian ganda, skizoprenia sebagai orang menakutkan. Mungkin karena teman khayalan yang baik sulit dijual sebagai film?

Unsur horor, seperti bagian tubuh yang mengelupas mengingatkan saya pada serial "A Nightmare on Elm Street". Tak ada yang baru bagi. Untungnya film ini juga menyajikan kisah cinta antara Luke dan Cassie yang begitu menyentuh.

Sayangnya penyajian di pertengahan cerita mulai menjemukan, terutama bagi penonton yang hanya butuh hiburan. Film ini juga menyajikan adegan kekerasan dan seksual yang jelas tidak diperuntukan bagi penonton di bawah umur.

Tetapi kalau kuat menonton dengan seksama, maka jalinan ceritanya bisa utuh. Bahwa adegan pembuka tidak hanya sekadar tempelan, tetapi juga menjadi kunci untuk memahami film ini.

Film ini tidak ditayangkan di bioskop, tetapi khusus tayang ekslusif dan gratis di seluruh platform Mola TV pada Desember 2019 ini. Dengan demikian orangtua bisa mengontrol anak-anaknya untuk tidak menonton film ini.

Saya memberi bintang dua dari empat bintang untuk film ini.

Irvan Sjafari

Kredit Foto: www.rogerebert.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun