Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Daniel Isn't Real", Teror Teman Khayalan

11 Desember 2019   17:39 Diperbarui: 13 Desember 2019   15:55 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam film Daniel Isn't Real -Foto: www.rogerebert.com

Cukup banyak film tentang jiwa terbelah. Saya mulai mengenal film orang yang mengalami split personality ini lewat  "Raising Cain (1992) karya Brain de Palma, yang menggambarkan menderita tokoh utamanya karena jiwa yang terbelah.  Dalam film ini sisi kepribadian lain digambarkan sebagai antagonis.  Tokoh utamanya ketakutan menghadapi pribadi kembar yang menguasai dirinya. 

Cerita yang sebangun adalah "Shutter Island" (2010), "Identity" (2003) menggabungkan banyak kepribadian kembar dan salah satunya jahat. Tentunya juga "Psycho" (1960) karya Alfred Hitchcok.

Kalau di dunia buku ada kisah "Sybil dengan Enam Belas Kepribadian". Semua cerita tentang jiwa terbelah ini digambarkan begitu mengenaskan.  Pelajaran yang bisa diambil hanya satu hati-hati ketika tinggal dengan anak  usia 3-8 tahun, baik orangtuanya, maupun kakaknya, apalagi yang menumpang jangankan berbuat child abuse, menampakan kekerasan pada anak juga membawa dampak serius.   

Beda dengan "Fight Club" (1999) karya David Fincher yang memberikan gambaran abu-abu pada sosok pribadi kembar. Dalam film ini kepribadian kembar itu muncul karena kesepian dan film ini kritik sosial pada masyarakat Amerika Serikat yang cenderung individualis.

"Daniel Isn't Real" lebih pada yang pertama, dengan sinematografi yang cenderung surealis dan spiritual memberikan kesan yang mencekam. Film ini juga memperkuat stigma bahwa orang yang punya masalah kepribadian ganda, skizoprenia sebagai orang menakutkan. Mungkin karena teman khayalan yang baik sulit dijual sebagai film?

Unsur horor, seperti bagian tubuh yang mengelupas mengingatkan saya pada serial "A Nightmare on Elm Street". Tak ada yang baru bagi. Untungnya film ini juga menyajikan kisah cinta antara Luke dan Cassie yang begitu menyentuh.

Sayangnya penyajian di pertengahan cerita mulai menjemukan, terutama bagi penonton yang hanya butuh hiburan. Film ini juga menyajikan adegan kekerasan dan seksual yang jelas tidak diperuntukan bagi penonton di bawah umur.

Tetapi kalau kuat menonton dengan seksama, maka jalinan ceritanya bisa utuh. Bahwa adegan pembuka tidak hanya sekadar tempelan, tetapi juga menjadi kunci untuk memahami film ini.

Film ini tidak ditayangkan di bioskop, tetapi khusus tayang ekslusif dan gratis di seluruh platform Mola TV pada Desember 2019 ini. Dengan demikian orangtua bisa mengontrol anak-anaknya untuk tidak menonton film ini.

Saya memberi bintang dua dari empat bintang untuk film ini.

Irvan Sjafari

Kredit Foto: www.rogerebert.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun