Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Bumi Manusia", Latar Sejarah, dan Mawar Eva de Jongh

18 Agustus 2019   15:08 Diperbarui: 20 Agustus 2019   15:27 2189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster: Instagram Falcon Pictures

Saya penasaran berapa nilainya ketika dikonversikan sekarang? Mengingat yang pernah saya baca gaji pegawai baru lulus ada yang sekitar 40 gulden. Uang 25 gulden itu saya taksir sekitar Rp1,5 hingga Rp2,5 juta. Konversi berdasarkan harga beras dan gula premium. Murah.

Praktik pergundikan ini fenemona sosial abad ke 19 dalam sejarah sosial Hindia Belanda. Pada waktu itu kebanyakan orang Eropa yang datang adalah laki-laki. Karena kesulitan mencari pasangan hidup ini mereka hidup bersama dengan perempuan pribumi-yang kerap dilakukan secara paksa-dan tentunya ilegal secara hukum. Hal hasil citra Nyai menjadi buruk di mata pribumi.

Akhir abad 19 surat kabar menjadi sarana mengungkapkan isu-isu tersebut. Minke digambarkan punya bakat menulis dan lewat tulisannya dia menggalang simpati. Para pembaca Pram yang berminat sejarah mengubungkan tokoh ini dengan Tirto Adhi Soeryo, perintis pers Indonesia, sekaligus juga salah satu perintis Sarekat Islam. Sekalipun Pram menyebutnya karyanya sebagai fiksi, tetapi dia mengambil inspirasi dari sosok tokoh itu.

Dari setting sejarah Hanung berhasil menggambarkan situasi masa itu dan juga sekaligus mengadaptasi novel karya Pramoedya Ananta Toer ini dengan baik dengan bahasa visual. Saya nggak akan membahas perbandingan novel dan filmnya karena sudah banyak ditulis. Busana, alat transportasi yang digunakan, pemakaian bahasa digarap cukup apik.

Dari sisi setting sejarah, saya cukup puas.

Ine Febriyanti dan Mawar Eva de Jongh-Foto: Falcon Pictures/Suara.com
Ine Febriyanti dan Mawar Eva de Jongh-Foto: Falcon Pictures/Suara.com

Mawar Eva De Jongh
Dari departemen kasting saya tidak meragukan Sha Ine Febriyanti sebagai Nyai Ontosoroh. Ya, di dunia teater dia sudah memainkan karakter itu. Wajarnya dari cara berbahasa, gestur tubuh, mimik, sorot mata, semuanya memukau. Wow! Termasuk sapaannya terhadap menantunya Minke: Nyo (sinyo), kita sudah melawan nyo! Begitu menyentuh. Saya kira Ine potensial setidaknya menjadi salah satu nominasi Piala Citra untuk 2019 ini.

Iqbaal Ramadhan masih terlihat Dilan-nya ketika menggombali Annelies. Tentunya ditambah Bahasa Jawa-nya yang medok. Tetapi mungkin itu dilepas oleh Hanung Bramantyo agar film ini ditonton oleh generasi milenial. Faktanya, iya. Penonton di sebelah dan di depan saya di sebuah bioskop di kawasan Depok dari generasi itu mengaku datang ke bioskop karena Iqbaal.

Yang saya tunggu dan alasan kedua membuat saya mau datang ke bioskop menonton film ini ialah Mawar Eva de Jong sebagai Annelies. Perannya sebagai Kania dalam sinetron "Dia yang Tak Terlihat" yang tayang tahun lalu membuat saya terpikat dengan karakter ganda sebagai hantu yang gelisah dan perempuan karir. Saya coba lihat akting dara kelahiran 2001 ini dalam film "Serendipty". Lumayan, walau tidak terlalu istimewa.

Bagaimana dengan "Bumi Manusia"? Saya melihat seorang perempuan yang kekanak-kanakan, manja, tetapi punya keinginan kuat menjadi pribumi. Chemistry-nya pada Iqabaal cukup kuat. Adegan dia dicium, lalu melongo, kemudian ketika ibunya meminta Iqbaal menciumnya lagi sangat orisinal. Mimiknya itu. Juga adegan mereka berkasih-kasihan dan reaksi orang sekitar lucu dan menghibur.

Saya puas dengan tiga karakter utama film ini. Karakter yang lain juga memikat. Termasuk juga pemeran Darsam, centeng yang setianya bukan main pada Nyai Ontosoroh dengan logat Maduranya. Begitu juga dengan karakter Jan Dapperste yang kemudian mengubah nama jadi Panji Darman, kawan sekelas Minke yang sejak awal sebangun idenya menjadi pribumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun