Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Bumi Manusia", Latar Sejarah, dan Mawar Eva de Jongh

18 Agustus 2019   15:08 Diperbarui: 20 Agustus 2019   15:27 2189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster: Instagram Falcon Pictures

Pandangan Minke pun berubah dari seorang yang tadinya kagum terhadap peradaban Eropa menjadi muak terhadap praktik perbudakan hingga diskriminasi ras. Dia menyadari nama Minke dipelesetkan dari monkey (monyet) dari guru Bahasa Belandanya dulu bukan hanya guyonan biasa, tetapi berkonotasi penghinaan bagi pribumi. 

Salah satu kemuakannya ialah ucapannya pada ibunya sambil sungkem, "Saya ingin jadi orang Bebas Bu, Orang yang tidak diperintah dan tidak juga memerintah."

Menyentuh.

Latar Belakang Sejarah
Bagi saya "Bumi Manusia" dengan setting akhir abad ke 19 merupakan daya tarik pertama saya mau datang ke bioskop dan menonton film ini. Apa yang terjadi akhir abad ke 19 ini? Di satu sisi tidak semua wilayah Nusantara bisa diduduki Belanda, di antaranya Perang di Aceh, Perang di Tanah Batak masih berkecamuk.

Perang Aceh ini diceritakan sekilas lewat tokoh Jean Marais seorang pelukis dari Prancis, yang terdampar ke Hindia Belanda dan menjadi serdadu dan dikirim ke Aceh. Di sana ia menjalin cinta dengan seorang perempuan Aceh dan mempunyai anak bernama May. Sayang kekasihnya dibunuh saudaranya sendiri, karena dianggap pengkhianat.

Cerita dimulai pada 1898 ketika Wihelmina dinobatkan sebagai Ratu pada usia 18 tahun dan kecantikannya populer, Minke juga digambarkan menyimpan fotonya. Pada masa itu kritik pedas terhadap akibat penjajahan, seperti tanam paksa sudah menjadi isu di antaranya oleh Max Havelaar, yang bukunya terlintas di film ini.

Tanam paksa sendiri sudah dihapuskan pada 1870 (kecuali Priangan baru pada 1917) dan digantikan oleh ekonomi liberal yang mengakibatkan sejumlah ondeneming (tuan tanah pemilik perkebunan/pertanian) bermunculan. Kalau dikaitkan dengan setting sejarah Herman Mellena ini adalah salah seorang onderneming.

Sejarah mencatat Wihelmina ini akhirnya mendeklarasikan secara resmi politik etis pada 1901. Politik ini memberikan tiga hal buat pribumi seperti irigasi, imigrasi dan edukasi. Sayangnya poltik etis ini justru untuk keuntungan penjajahan, irigasi untuk perkebunan swasta, imigrasi memindahkan penduduk jadi tenaga murah bagi perkebunan di luar Jawa dan eduksi untuk mendidikan tenaga terampil dengan gaji murah.

Kembali ke akhir abad 19, para pejabat kolonial dan orang Belanda terbelah memandang pribumi, sebagian masih memandang aksta yang rendah, tetapi sebagian lagi berpandangan humanis dan ingin menyejaterahkan pribumi. Dalam "Bumi Manusia" diwakili oleh Asisten Residen Herbert de La Croix. Ketika mengetahui kecerdasan dan visi Minke, ia pun bersimpati.

Diskriminasi terhadap pribumi dirasakan Minke mulai dari diusir dari kafe yang sebetulnya ada tulisan anjing dan pribumi dilarang masuk, sikap Herman Mellena yang menyebutnya monyet, hingga peradilan yang diskriminatif. Hal ini digambarkan dengan baik oleh Hanung Bramantyo.

"Bumi Manusia" mengkritik praktik pergundikan. Demi uang dan dapat bekerja di pabrik, seorang bapak tega menjual anaknya untuk jadi gundik Belanda. Ontosoroh masih berusia 14 tahun ketika dijual oleh Bapaknya seharga 25 gulden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun