Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Review "OTW Bahagia", Inspirasi Para Pencari Bahagia

26 Mei 2019   16:48 Diperbarui: 26 Mei 2019   17:01 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Irvan Sjafari

Dalam berapa hari saya membaca buku  bertajuk OTW Bahagia: Perjalanan Menciptakan dan Menemukan Kebahagian diterbitkan CV Motivaksi Inspira, 2019  memuat testimoni 131 penulis tentang pandangan mereka yang disebut bahagia.  Daya Tarik utama buku ini bukan saja cara mereka mengungkapkan kisah mereka menemukan kebahagian dan  yang menarik sebagian besar penulis adalah perempuan dan berusia relatif muda hingga pertengahan. Mereka mengenyam pendidikan di bangku kuliah dan punya latar belakang religus yang kuat, serta kebanyakan tinggal di kota-kota besar.

Banyak tulisan dalam antologi ini penulis  menyitir ayat Alquran, namun ada di antara mereka juga membaca novel populer seperti Harry Potter, penulis manacengara seperti Sanchita Pandey, Eric Weiner kerap disebut, mereka mengadopsi budaya global.   Terdapat juga persoalan quarter life hingga krisis middle age. Tentunya juga ada penulis-penulis dari kalangan Kaum Adam.

Jee Luvina, penulis dan founder @tulisyuk tampaknya yang menggagas antologi ini memberikan pengantar singkat: Ada yang dengan mudah untuk bahagia. Ada yang harus berkorban dan berjuang untuk bisa bahagia. Setiap orang mempunyai kisah kebahagiannya sendiri.  Setelah membaca buku ini saya mengambil sebagian penulis perempuan dan mengelompokannya dalam berapa kategori.

Para Ibu Rumah Tangga

Di antara penulis ada juga menikah dengancara  Taaruf dan menjalani kehidupan rumah tangga yang relatif mulus, seperti kisah Cinintya Amalia "Proses Bahagiaku" , Jauhariatun Marfu-ah  dalam tulisannya "Karenamu Saya Bahagia" atau Wiwit Widyastuti yang bahagia menjadi ibu rumah tangga penuh, nyaris seperti cerpen majalah remaja dan wanita tahun 1980-an hingga 1990-an.

Ada juga tentang dilema klasik pergumulan batin antara tetap menjadi working mom atau stay at home,  dialami  Riska Yuniarti Iskandar yang ingin menjadi istri cantik saleha untuk suami dan smart parent bagi anak-anaknya  dalam "Semesta Bahagiaku" dan perang batin yang dirasakan Ratih Tanjungsari dalam "Aku Bahagia dengan Caraku", yang intinya tidak masalah bekerja, asalkan ketika sudah di rumah waktu hanya untuk anak-anak dan suami.  

Ada yang memkompromikan mencari penghasilan tambahan sekaligus kebebasan berekspresi dengan bisnis daring (online), namun ada yang bersama-sama suami menjadi wirausaha seperti Riska Rizkiani dalam "Menikahi Bisnis".  Pengalaman Riska kerap saya temui ketika menulis soal wirausaha di Kota Bandung, biasanya suami bagian produksi dan isteri bagian marketing atau sebaliknya.  Tidak jarang, para suami-isteri berwirausaha ini belatar belakang Pendidikan tinggi.

Yang membuat saya terhenyak ialah tulisan Zenita Suryadi yang berhenti bekerja karena diminta suami. Namun dalam perjalanan hidupnya saya merasakan penyesalannya, ketika usaha suami mundur dan penghasilan berkurang dia teringat masih single dan masih bekerja berkecukupan. 

Apa kau sudah bahagia saat ini Zen? Tanya Karibku mengusuik lamunan panjangku.

Ya, sedang kuusahakan dengan sangat? Jawabku mantap smabil menutup sampul karibku. 

Perempuan Yang Bukan Cinderella

Bagian yang membuat saya paling terpikat ialah kisah para perempuan yang  mencari kebahagian begitu beragam dan  tidak semuanya berjalan mulus. Saya menyebutnya sebagai para perempuan tangguh.  Para hawa yang tegar menghadapi persoalan hidup. Bahkan saya terkesan dengan beberapa penulis  yang bisa bangkit tanpa harus menjadi Cinderella yang menanti pertolongan pangeran.

Di antara mereka terdapat, Widya Yustina mengungkapkan rentetan cobaan hidup yang dihadapi di usianya yang masih muda dalam tulisan "Bahagia dengan Bersyukur", mulai dari dari kehilangan pekerjaan, kegagalan pernikahan, permasalahan pelik yang dihadapi orangtuanya hingga vonis dokter bahwa ia mengidap suatu penyakit.  

Menjadi anak tunggal, Dya, panggilannya menyatakan tidak hidup dalam kemewahan dan manja seperti kebanyakan yang dipikirkan banyak orang. Dia hanya menjadi anggota sebuah keluarga kecil yang saling menopang satu sama lain. Dya mengaku dari nyaris gagal move on, mampu menjadi matang dan justru perjalanan hidupnya itu membuat menemukan esensi apa yang disebut bahagia.

Kegagalan menikah juga dialami Rabayyi Astari dalam tulisannya berjudul "Kisah Antologi". Dia  bukan saja gagal dalam berumahtangga  bahkan sempat dibawa ke psiakiater. Padahal perjalanan hidupnya sewaktu duduk dibangku SMA hingga kuliah relatif penuh dengan masa yang indah dan dia bangun dari mimpi setelah pernikahannya berakhir oleh Palu Hakim Pengadilan Agama.  

Mantan wartawan ini meneruskan hidupnya dengan mencari pekerjaan  dengan menjadi tim media sosial Perusahaan Otobus Antar Kota Antar Provinsi hingga menjadi pegawai Konsultan Hukum yang jauh dari bidangnya waktu kuliah.  Seperti, Dya, Rubayyi mensyukuri perjalanan hidupnya.

Kisah getir lainnya juga dituturkan Ayu Permanasari dalam "Ketika Tuhan Menunjukkan Cinta-Nya", petaka dimulai ketika berusia 12 tahun Sang Ayah korban pembunuhan sadis dilakukan rekan kerja ibunya. Semua harta benda habis diambil orang dan tak ada sisa untuk hidup mereka.  Dokter memvonisnya terkena penyakit  yang membuat kehilangan beberapa memori dalam otaknya.  

Berkat bantuan ibunya yang membelikannya buku Matematika, otaknya dirangsang dan membuatnya mendapatkan uang dengan menjadi guru les privat Matematika, kemudian menjadi wirausaha fashion.  Ayu menemukan kebahagian dari cobaan hidupnya. Ayu adalah  perempuan tangguh lain yang disokong perempuan tangguh juga, yaitu ibunya.

Luar biasa.

Perempuan-perempuan Pemaaf

Sebagian penulis lainnya yang menarik perhatiannya dalam perjalanannya, ialah kisah para perempuan yang saya sebut sebagai pemaaf dan ikhlas menghadapi guncangan yang ditimbulkan oleh orang yang dekat dengannya.

Nindy Ayu Valentina, sekalipun bukan pengalaman pribadinya bercerita cukup getir tentang pengalaman yang dialami seorang kawannya  yang mengalami ujian dalam tulisannya."Ikhlasmu adalah Jalan Bahagiamu". Kawannya itu seorang ibu rumah tangga dengan dua anak ini mulanya merasa bahagia mendapatkan suami yang menurut dia saleh  dengan proses pernikahan dengan taaruf. Namun pada tahun keempat pernikahannya suaminya berselingkuh.

Hati seorang wanita atau istri mana yang tidak terluka. Ujian itu datang bagaikan petir, ombak datang bergelombang seperti badai datang tidak ada kabar.

Menurut Nindy, kawannya itu menganggap perselingkuhan yang dilakukan suaminya sebagai ujian dan memaafkannya. 

 Yulia Dwi Ernawati  dalam "Kutemukan Bahagia Bersamamu", tentang impiannya menikah di usia muda.  Laki-laki pilihannya satu kampus dengan Yulia beda fakultas dan jurusan.  Laki-laki itu kemudian melamarnya, mulanya ayah Yulia tidak setuju karena masih sama-sama kuliah. Namun suatu ketika ayah calon suaminya jatuh sakit dan membuat pernikahan mereka harus disegerakan dengan tujuan agar calon suaminya mempunyai pendamping.

Pernikahan pun terlaksana, namun datang ujian. Ayah sang suami meninggal dan Suami Yulia harus meneruskan perusahaan roti yang dulu dikelola ayahnya dan membagi perhatian kepada ibu dan adik-adiknya.  Selain itu kuliah Sang Suami tidak selesai.   Perusahaan roti semakin sepi pelanggan.  Yulia tetap tegar mendampinginya. Bahkan permasalahan rumah tangga mereka bertambah karena belum diberikan keturunan. Tetapi suaminya tetap setia.

Aku yakin di balik kesulitan, Allah pasti akan memberikan kemudahan. 

N Anita Kurniasari, dalam tulisannya "Meraih Sebuah Harapan" meceritakan, ia datang dari keluarga broken home, orangtua bercerai, tinggal bersama nenek, tidak dapat mengeyam Pendidikan tinggi, jadi ibu rumah tangga, menikah usia  24 tahun, punya dua anak perampuan, ketika menikah sempat bekerja tetapi karena harus meninggalkan anak tiga bulan memilih mendedikasikan waktu untuk keluarga  

Kisah broken home lainnya dialami Revina Azia Rahman "Roda Bahagia". Bagi Revina bahagia dirasakannya ketika bersama orangtuanya lengkap dengan hati mereka.  Sampai suatu ketika terjadi permasalahan keluarga yang membuat kebahagiannya terganggu. Kuliah suaminya tidak selesai

Sejak kedua orangtuaku bererai aku sering merasa "yatim piatu". Padahal kedua orangtuaku masih hidup. Hati yang sedang merasa rapuh tak bisa meminta untuk dikuatkan, di sisi lain ada hati dengan blokade penuh yang tak bisa aku sentuh, terhalang ego dan logika. Melihat punggung bapak dan ibuku ingin berkata Rindu, tapi logika berkata: Jangan manja, mereka sedang butuh melihatmu ceria. 

Untungnya Revina masih punya dunia lain. Semasa mahasiswanya aktif dalam kegiatan UKM Pencinta Alam, tempat di mana dia menemukan ketenangan, sampai suatu ketika sebuah kecelakaan motor membuat Revina masuk klinik orthopedie dan membuat dia duduk di atas kursi roda.  Namun kecelakaan itu justru memberikannya kebahagian lain, karena kembali melihat orangtuanya bersamaan.

Sangat menyentuh.

Secara keseluruhan membaca OTW Bahagia seperti menyelam dalam lebih seratus pemikiran curahan hati tentang pencarian mereka tentang bahagia. Justru keberagaman ini merupakan kelebihan buku ini. Saya hanya bisa mengungkapkan sebagian dari para penulis yang menurut saya menarik. Namun bagi pembaca lain bisa jadi ada penulis lain yang menarik tapi tak saya singgung.

Kelemahannya ialah buku yang tebalnya 350 halaman ini tidak diberikan pengantar oleh seorang psikolog atau ahli motivator agar bisa merekatkan pandangan para penulis, sekaligus juga memberikan wawasan pada pembaca.   Meksipun demikian bagi mereka yang suka kisah inspirasi, siapa tahu bisa menemukan cara mencari bahagia lewat buku ini.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun