Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bandung 1962, Bemo, Krisis Transportasi, Pameran Industri Jabar

16 Desember 2018   21:46 Diperbarui: 16 Desember 2018   22:17 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klipping berita Pikiran Rakyat 30 Juni 1987, sisa bemo 1960-an-Foto: Dok Piran Rakyat.

 

"Beca adalah de reinste exploination de l'homme. Ini merupakan penghinaan bagi bangsa Indonesia," seru Presiden Sukarno yang dikutip Pikiran Rakjat, 23 Juni 1962. Bung Karno menginginkan becak dihapuskan di Indonesia.

Menurut dia di Jepang, tempat asal becak, kendaraan itu digunakan oleh para hartawan mengundnag geisha. Karena geisha itu berpakaian tradisional,kendaraannya pun harus tardisional.

"Saya minta kepada para pemuda jangan mau jadi tukang becak, walau penghasilannya sampai ribuan. Harkat manusia ditentukan oleh caranya mencari makan," ucap Bung Karno.

Sebagai gantinya Sukarno mendatangkan becak bermotor yang kemudian disingkat bemo. Menurut rencana pemerintah bemo ini akan menggantikan becak. Mereka yang tadinya menarik becak akan dijadikan pengemudi bemo. Kendaraan ini akan digunakan di beberapa kota, Jakarta, Bandung, Surabaya.

Pada pertengahan Juli 1962 di halaman kantor polisi lalu lintas Jalan Cicendo dibuka sekolah mengemudi bemo. Dalam upacara pembukaan sekolah yang berlangsung tiga minggu itu hadir Wali Kota Bandung Prijatna Kusumah, Kepala BPU PN PR Nupika Yaksa, Kolonel R. A Satari, Kepala Polisi Kota Bandung Kompol Drs Permana, Wakil Kepolisian Komisariat Jabar Kombes Polisi Ating. Sekolah ini diselenggarakan Yayasan Kesejaterahan Negeri Jabar.

Sekolah ini diikuti 105 orang, dua di antaranya ternyata berstatus mahasiswa. Dengan demikian tujuan pemerintah agar tukang becak beralih jadi pengemudi bemo meleset. Pada praktiknya dengan banyak pengangguran dan kehidupan yang sulit, tenaga yang lebih skill lebih bisa diserap dibandingkan dengan tukang becak.

Ketua Yayasan Kesejaterahan Kepolisian negeri Jabar Drs U Soepardja menerangkan pelajaran yang diberikan mulai dari tata tertib lalu lintas, perkoperasian, Manipol Usdek, baris berbaris dan P3K yang jelas bisa lebih diserap mereka yang mempunyai pendidikan formal yang baik.

Wali Kota Bandung Prijatna Kusumah menyebutkan Bandung memerlukan lima ribu buah bemo. Jumlah itu sepertiga dari jumlah becak yang ada di Kota Bandung. Dengan demikian kalau jumlah itu terpenuhi dan semuanya adalah pengemudi becak, maka satu bemo dikemudikan tiga tukang becak atau sepuluh ribu tukang becak lainnya menganggur.

Kenyataannya hanya 190 bemo yang disebut dalam upacara itu bisa didatangkan pada Juli dan 70 buah lagi pada Agustus 1962. Itu baru rencana. Realisasinya tidak demikian. Pada hari Minggu 24 September 1962 baru 50 buah bemo dilepaskan secara resmi di dalam Kotapraja Bandung dalam sebuah upacara di balai kota yang dihadiri Wali Kota Prijatna Kusumah dan pejabat kepolisian. Bemo yang didatangkan bermerek Daihatsu, buatan Jepang.

Prijatna hanya menyatakan pemerintah sudah mengimpor tiga ribu bemo. Itu jumlah seluruh Indonesia. Pada saat itu Wali Kota baru menyebut bahwa pengemudi bemo adalah pengemudi becak yang dididik, setelah menyadari ternyata tidak mudah menyalurkan para pengemudi becak agar mau meninggalkan cara yang disebut Bung Karno sebagai eksploitasi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun