Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1960, Mahasiswa, Plonco dan Studi Terpimpin

14 Desember 2017   21:50 Diperbarui: 14 Desember 2017   22:21 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pra Plonco di Kampus UI (Kredit Foto: FIB UI.ac.id).

Sekalipun gaya hidup  bebas di sini apakah sudah sampai menyangkut moralitas, misalnya tinggal bersama atau hubungan seks laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan, gaya hidup liberal? Atau hanya sampai pulang malam?

Tetapi setelah pernyataan Ibrahim Adjie ada upaya melibatkan mahasiswa untuk mendukung kebijakan Soekarno.  Tidak jelas apakah memang inisiatif mahasiswa atau inisatif pihak petinggi kampus  pada  Minggu pagi, 16 Oktober 1960 sekitar 3000 mahasiswa Unpad tingkat Muda/i  dan tingkat Madya/wati mengelar Pawai Karnaval Usdek. 

Pawai Karnaval yang mencerminkan 10 fakultas di lingkungan Unpad ini mendapat sambutan meriah dari penduduk Bandung terutama sepanjang Jalan Braga dan Asia Afrika.  Di antara pawai ada sebuah jeep yang memuat seorang sarjana mendidik mahasiswanya dengan bertuliskan USDEK.

Dalam Pawai Karnaval jang didahului oleh Bendera Dewan Mahasiswa Unpad jang kemudian didampingi bendera Senat2 Mahasiswa ke 10 Fakultas lingkungan Unpad terdapat sindiran2 seperti Harga Buku Hukum jang mestinja Rp200,- digambarkan berharga Rp3000-. Pembesar-pembesar dengan mobil bagus dengan 2 wanita di sampingnja, tamatan SMA djadi tukang betjak dan tukang loak, keadaan arsip negara jang awut-awutan. Hal2 diataslah dikemukakan dengan maksud agar mahasiswa mengetahui Hal2 diataslah jang mendjadi tantangan jang harus diatasi. (Pikiran Rakjat, 17 Oktober 1960).

Dalam pawai karnaval itu mahasiswa dari Fakultas Djurnalistik dan Publitistik menyerukan mahasiswa adalah calon "dokter masyarakat" yang mendiagnosa masalah yang ada. Sementara mahasiswa sejarah FKIP menggambarkan pertumbuhan manusia dan peradabannya.

Pada September-Oktober merupakan masa dimulai tahun ajaran baru.  Pada masa perkenalan itu sebanyak 1585 mahasiswa muda/mudi  dan mahasiswa madya/wati dari fakultas-fakultas di lingkungan Unpad melakukan kerja bakti menghaluskan Jalan Cibadak yang di Kota Bandung dikenal sebagai jalan yang paling buruk. 

Kerja bakti ini dipimpin oleh Biro Teknik Kotapraja Bandung pejabat Departemen Pengerahan Tenaga, anggota BPH Hussein bin Narwawi dan pimpinan mahasiswa Fakultas Unpad. Yang berhasil direhabilitasi panjangnya 2 kilometer dari simpang empat Jalan Astanaanyar sampai Simpang Empat Jalan Cibadak/ Jalan Raya Barat.  

Menjadi tanda tanya saya hanya itu kepedulian mahasiswa yang saya temukan terhadap situasi dan politik hingga akhir 1960. Nyaris tidak ada gerakan yang berarti.

Perploncoan dan Studi Terpimpin

Kecuali dua isu yang lebih dapat perhatian dari grass root. Yang pertama adalah perploncoan.  

Masa perkenalan mahasiswa Unpad mendapatkan protes dari 14 organisasi ekstra di Bandung, sepeti CGMI, CSB, GMKI, GMRI, GMS, HMB, HMI, PMB, Perhimi, PMKRI, DAMAS, GMB dan Imaba.  Pada 14 Oktober 1960, organisasi-organisasi ekstra ini mengkritik masa perkenalan yang mengarah ke arah perpoloncoan.  Mereka menuntut perploncoan dihapus dan dalam jangka waktu 1 x24 jam protes direalisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun