Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Koloni (48-49)

27 Juni 2017   12:15 Diperbarui: 27 Juni 2017   12:51 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Irvan Sjafari

Keduanya memang terpisah dari dua rekan mereka yang terluka dijaga seorang serdadu sekitar seratus meter. Toh,ada pisau kukri di pinggang Kang yang entar mengapa diberikan oleh serdadu koloni. Mungkin karena mereka tahu Sherpa Kang seorang ksatria.

Tidak ada yang aneh, sampai Biyik merasa ada yang merayap di jemari kakinya. Seekor semut merah, ia menepisnya. Lalu ia kembali memejam matanya.  Beberapa menit kemudian ia merasa ada yang merayap di betisnya. Tanpa melihat ia menepis lagi. Beberapa gigitan semut tidak ia pedulikan. Ia kemudian terlelap.

Tiba-tiba ia merasakan sakit yang luar biasa di bekas lukanya. Manuel berteriak ngeri ketika semut-semut merah masing-masing sebesar jempol manusia melubangi betisnya hingga terlihat daging merahnya.   Kengerian bertambah hanya butuh lima menit betis kakinya dikerubuti semut hingga sudah tampak tulangnya.

Sersan Winanda  yang menjaga mereka sudah datang membawa kayu yang dibakar mengusir semut-semut.  Manuel melihat tubuh Serpa Kang utuh dikerubuti semut. Dia sudah tewas tanpa disadari. Namun upaya Winanda sia-sia semut-semut berukuran beberapa berkali lipat semut rangrang yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya datang bagaikan lautan, jumlahnya jutaan ekor.

Manuel berteriak ketika semut-semut itu mengangkutnya menuju sarangnya. Dia masih hidup. Begitu juga Kang.

Winanda menembak pistol ke kepala Manuel untuk mengakhiri penderitaanya.

Suara tembakan Winanda  mengundang Christ Malcom lari ke pantai. Mereka terkejut melihat dua rekan mereka setengah menjadi kerangka ketika dibawa jutaan semut. Obor dari Winanda hanya mematikan sebagian semut.

Mereka kemudian membantu dua rekan yang luka lain berdiri menuju perahu karet. Mereka sekarang menyadari mengapa tidak ada hewan darat di pulau ini.

Di bagian lain pulau itu seorang preman terperosok lubang yang ternyata sarang koloni semut. Dengan cepat dia dikerubuti. Seorang temannya yang menolong malah ikut terperosok.  Tanpa ampun jutaan semut menyergap mereka. 

Dua preman lain hanya melongo. Kemudian memutuskan untuk lari dengan nafas tersengal-sengal. Mereka masih mendengar teriakan teman-teman mereka terakhir

Kedua preman itu melihat suasana pantai  tak kalah mengerikan.  Christ Malcom dan kawan-kawannya berusaha mengusir jutaan semut yang menyeret dua rekan mereka yang terluka di kaki dan akhirnya semut-semut itu menang.   Christ Malcom dan tiga serdadu melompat ke perahu karet yang segera melaut.  Diikuti kedua preman ini dengan kengerian yang tak terbayangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun