Mohon tunggu...
Yesaya Sihombing
Yesaya Sihombing Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Seumur Hidup

Membaca, mengamati, dan menulis beragam hal, mulai dari yang receh sampai yang seriyess

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Susah Minta Maaf? Merasa Superior?

16 Agustus 2020   12:00 Diperbarui: 16 Agustus 2020   12:02 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Heboh video wawancara Anji-Hadi Pranoto telah membuat banyak pihak gemes. Mulai dari rakyat biasa, nakes, sampai Pemerintah dibuat marah dengan video tersebut. Sayangnya, berbeda dengan saat heboh komentarnya tentang foto mayat covid, awalnya Anji tidak mau minta maaf pada publik. Ia justru menyalahkan Hadi Pranoto atas klaim ngawur 'profesor' itu. Belakangan, Anji minta maaf kepada publik.

(Pada kasus sebelumnya, ia mengomentari foto jenazah covid, hasil jepretan fotogrefer National Geographic. Setelah viral, ia meminta maaf pada warganet dan kemudian menghapus postingan kontroversialnya.)

Di samping itu, baru-baru ini ada lagi postingan dari akun Kementrian Kesehatan yang menarik perhatian warganet. Postingan itu berisi permintaan untuk melakukan 'itikad baik' kepada seorang netizen, yang dianggap melecehkan Menteri Kesehatan. Yang dimaksud dengan itikad baik itu tentulah permintaan maaf. Sudah jelas.

Dari dua kasus ini, kita bisa bilang bahwa minta maaf adalah hal yang begitu penting di peradaban umat manusia. Demi menghindari konflik berkepanjangan, demi menghadirkan harmoni dalam perbedaan, dan tentunya demi meredakan amarah suatu pihak.

Lalu, kalau demikian, mengapa ada orang yang tidak mau atau susah minta maaf? Mengapa Anji berubah sikap? Apa sih susahnya minta maaf?

Bisa jadi, penyebabnya adalah perasaan superior. Perasaan ini terdapat pada semua manusia di bumi ini.

Nah, ngomongin tentang superior, tentunya ga bisa dipisahkan dengan seorang tokoh bernama Alfred Alder. Ia mengatakan, bahwa sebenarnya, seseorang berusaha untuk menjadi sosok yang superior untuk menaklukan dan mengalahkan perasaan inferioritas yang ada dalam dirinya.

Seorang anak yang tidak unggul di bidang pelajaran akademis, akan berusaha menunjukkan kelebihannya di bidang seni, atau olahraga. Seorang yang rendah diri akan berusaha menunjukkan superioritasnya dengan cara berpenampilan sangar di hadapan orang lain. Orang yang pernah melakukan kesalahan, akan berusaha membuktikan orang lain juga bisa salah, agar ia terlihat superior.

Mungkin ini juga yang terjadi pada Anji dan....admin akun Kementrian Kesehatan.
Kesalahan di kasus mayat covid sepertinya membuat Anji inferior dan tertekan, walau tentu saja, tidak ditunjukkan lewat ekspresi mukanya. Ia selalu tersenyum dan beraura positif dalam segala situasi. Anji ingin membuktikan bahwa ia adalah sosok yang 'smart' dan 'sophisticated'. 

Caranya bagimana? Dengan mengundang seorang tokoh yang smart juga, Profesor Hadi Pranoto. Apa yang dibahas? Tak tanggung-tanggung, penemuan serum pembasmi corona. Keren, bukan?

Sayangnya, belakangan diketahui bahwa profesor Hadi tidak diakui oleh ke'profesor'annya oleh institusi manapun di negeri ini. Khalayak pun ramai-ramai menyerang Anji di medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun