Mohon tunggu...
JUNUS BARATHAN
JUNUS BARATHAN Mohon Tunggu... Guru - Secangkir KOPI Hangat...

Mari kita bersulang...SOBAT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Runtuhnya Ruang Belajar Peserta Didik!

30 Oktober 2020   09:36 Diperbarui: 30 Oktober 2020   09:45 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : id.depositphotos.com

Lagi-lagi berita di koran Jawa Pos, sebuah sekolah roboh dan melukai 12 orang peserta didik, salah seorang mengalami luka yang cukup parah pada bagian kepala. Seluruh korban segera dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Yang membuat kita tercengang sekolah ini baru saja selesai direnovasi. Lalu, mengapa tiba-tiba runtuh?

Sekolah roboh sering terjadi di dunia pendidikan. Banyak faktor penyebabnya, boleh jadi karena masalah teknis, seperti sistem konstruksi yang kurang kokoh atau bahan bangunan yang kurang berkualitas. 

Di samping faktor penentu utama yaitu, dana atau pembiayaan. Oleh karna itu dari sudut pandang manajemen proyek, kemampuan memilih material yang tepat serta desain konstruksi yang ideal, sangat menentukan sekolah tersebut layak untuk dipergunakan. Dari segi pendanaan yang dikucurkan oleh pemerintah dirasa cukup, tinggal bagaimana memanfaatkannya.

Belajar dari pengalaman tempo dulu, kita dapat melihat betapa kokoh dan megahnya gedung-gedung sekolah yang mampu bertahan puluhan tahun lamanya. Tapi sekarang, di zaman teknologi yang berkembang pesat dan canggih, ironis dalam waktu relatif singkat sekolah ini runtuh, berarti ada yang salah dalam mekanisme pembangunannya. 

Oleh karna itu dalam pelaksanaan pembangunan gedung sekolah sebaiknya melibatkan pihak-pihak yang berkompeten. Pelaksanaannya dilakukan di bawah pengawasan komite sekolah serta melibatkan peran aktif tokoh-tokoh masyarakat, dirasa akan bermanfaat.

Kemudian, bagaimanakah? Dampak dari peristiwa robohnya sekolah terhadap "mental" peserta didik, terlebih lagi bagi yang mengalami langsung musibah ini. 

Di sinilah letak permasalahan yang sebenarnya, karena jauh lebih sulit merehabilitasi mental peserta didik, dari pada sekedar membangun gedung sekolah. Yang pasti peserta didik mengalami rasa cemas dan takut. 

Kecemasan dapat dialami siapa pun dan di mana pun, termasuk juga peserta didik di sekolah. Kecemasan merupakan proses psikis yang sifatnya tidak tampak ke permukaan.

Menurut Sieber (1977), kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, memahami konsep dan pemecahan masalah. 

Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik, seperti: gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan sampai tak sadarkan diri. Mengingat dampak negatif terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik serta mental peserta didik. Maka perlu solusi untuk mengatasinya , di antaranya dengan :

1. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan dapat tercipta, apabila bertolak dari potensi, minat dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, strategi pendekatan hendaknya berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengekspresikan diri dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun