Mohon tunggu...
JUNUS BARATHAN
JUNUS BARATHAN Mohon Tunggu... Guru - Secangkir KOPI Hangat...

Mari kita bersulang...SOBAT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembelajaran Karakter Melalui Cerita Rakyat Nusantara

29 Oktober 2020   10:09 Diperbarui: 29 Oktober 2020   10:17 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: bryan-valenza.tumblr.com

Cerita rakyat dapat diartikan sebagai cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara turun temurun dengan lisan. Dalam perkembangannya, cerita rakyat tidak hanya diwariskan dengan lisan namun sudah banyak cerita rakyat yang dicetak berupa buku maupun media Online. Dilihat dari isi, cerita-cerita rakyat dapat digunakan sebagai media pembelajaran budi pekerti, sopan santun, tata karma, etika yang menyenangkan bagi anak-anak yang sedang tumbuh berkembang jiwanya. 

Tokoh-tokoh pada cerita rakyat mencerminkan sifat-sifat manusia yang terbagi dalam dua sisi yaitu manusia yang berbudi luhur misalnya rendah hati, suka menolong, tenggang rasa, tepa selira, berani membela kebenaran, suka bekerja keras, dsb. Sisi yang lain adalah manusia yang tidak berbudi luhur misalnya sombong, tinggi hati, gila kekuasaan, ingin menang sendiri, tidak peduli dengan orang lain, dsb. Penyampaian cerita rakyat pada anak dimaksudkan agar setelah mendengar atau membaca cerita rakyat diharapkan anak dapat membedakan antara sifat yang baik dan yang buruk, yang pada akhirnya anak dapat mengembangkan sifat yang baik dan membuang sifat yang buruk di kemudian hari.

Pada perkembangannya, cerita rakyat yang bernilai tinggi tersebut misalnya Melin Kundang (cerita rakyat Sumatera), Layar Terkembang (karya Sutan Takdir Ali Syahbana) seakan tergeser seiring dengan perkembangan teknologi di era globalisasi ini. Anak-anak lebih menyenangi cerita-cerita kontemporer seperti Doraemon, Detektif Konan, Naruto, atau Dragon Bal yang hampir setiap hari disiarkan oleh beberapa stasiun televisi.

Mereka sudah jarang sekali mendengar cerita Ibu Bapaknya tentang cerita-cerita rakyat seperti : Waso (dari Irian Jaya), Bawang Merah-Bawang Putih atau Timun Mas, dan sebagainya. Anak-anak lebih akrab dengan layar kaca dari pada membaca buku-buku cerita rakyat yang ada. Jika hal ini berlanjut, dampak yang kurang baik akan terjadi terhadap pendidikan anak bangsa di masa depan. Padahal kelak mereka adalah penanggung jawab kelangsungan masa depan bangsa ini.

Kondisi ini diperburuk lagi dengan situasi bangsa yang kacau balau dewasa ini. Dimana-mana ada kerusuhan, tindakan anarkis, main hakim sendiri. Anak-anak dapat mengetahui dan mendengar peristiwa-peristiwa yang semuanya mengandung unsur kekerasan itu dengan mudah lewat media cetak atau elektronik. Jutaan anak bangsa secara tidak langsung telah diracuni oleh situasi dan kondisi dari beberapa bentuk kekerasan yang terjadi. Mereka seakan tidak mengenal lagi citra bangsa ini yang sejak dulu telah terkenal dengan adat ketimurannya yaitu : sopan santun, halus budi pekertinya, dan halus pula budi bahasanya. Kata-kata yang banyak mereka kenal saat ini adalah kata-kata hujatan, cemoohan, dan caci maki.

Peranan keluarga menjadi sangat penting untuk mengangkat kembali cerita-cerita rakyat sebagai sarana pembelajaran budi pekerti luhur bagi anak bangsa ini, karena di dalam suatu tatanan masyarakat, baik itu di Indonesia atau di luar negeri ada sejumlah nilai-nilai universal yang berlaku yang dapat di ambil dari cerita-cerita rakyat. Selain lembaga keluarga, lembaga-lembaga pendidikan sekolah, mulai dari pendidikan Pra sekolah (taman kanak-kanak), sampai pendidikan menengah sangat berperan dalam menghidupkan kembali cerita-cerita rakyat yang selama ini hampir terlupakan.

Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah, baik bahasa Daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau IPS (Sejarah), dirasa kurang memberi ruang untuk penyajian materi yang ada kaitannya dengan apresiasi cerita-cerita rakyat. Dengan demikian secara formal anak-anak kurang memperoleh materi tentang pengenalan cerita rakyat. Oleh karena itu kini saatnya, kita sebagai orang tua dalam keluarga mari meluangkan waktu sejenak untuk memulai kembali bercerita tentang cerita rakyat kepada anak-anak kita, demi masa depan mereka.

KANDUNGAN NILAI-NILAI MORAL DALAM CERITA RAKYAT

A. Nilai moral Kepribadian

Nilai moral kepribadian ialah nilai yang mendasari, menuntut tindakan hidup pribadi atau individu manusia, dengan cara dan tujuan yang benar. Ada beberapa nilai moral kepribadian yang dapat digali dari cerita rakyat, di antaranya :

1. Jujur/ke tidak jujuran, yang meliputi sikap ke tidak jujuran menimbulkan saling curiga dan keresahan, kebohongan dipergunakan asal untuk kebaikan dan kebohongan itu pada dasarnya menimbulkan celaka. Bagi diri sendiri maupun orang lain kejujuran akan membuahkan kebahagiaan dan kepuasan batin, sedangkan ke tidak jujuran mengakibatkan kehancuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun