Lockdown yang sudah berlangsung beberapa pekan ini menyajikan banyak kisah. Ada banyak orang yang menjadi lebih memahami arti kehidupan. Alam juga memberikan pertunjukan yang mengesankan.
Di Jakarta pemandangan langit yang biru dan bersih membuat takjub masyarakat di sana. Banyak yang mengabadikannya ke dalam dokumentasi dan dibagikan ke media sosial. Pemandangan yang sangat jarang dilihat oleh masyarakat di ibu kota.
Kualitas udara yang sebelumnya berada pada level buruk menurun drastis. Sumbangan sampah juga menurun drastis. Namun bukan berarti tidak ada sumbangan sampah. Hanya sampah dari industri rumahan yang menurun. Akibat wabah covid-19 ini, kini sampah dari peralatan medis yang turun ke tanah.
Lockdown membuat aktivitas bepergian dijeda panjang. Banyak industri juga yang melakukan jeda, seperti perkantoran dan pabrik. Hal ini membuat sumbangan polusi udara, air, suara dan tanah juga terhenti. Bumi memiliki waktu untuk memulihkan dirinya.
Setelah Bumi memiliki jeda untuk memulihkan diri, akan tiba saatnya Bumi kembali pada masa sebelumnya. Di saat ekonomi sudah kembali bergerak laju, maka industri pun akan kembali bergerak. Sumbangan polusi akan kembali.
Lockdown ini sekilas seperti adik kecil dari Nyepi. Di mana aktivitas terhenti, di mana giliran bagi manusia untuk mendengarkan Bumi dan semesta. Hendaknya dalam masa-masa lockdown ini, kita semakin menyadari berharganya alam ini, dan patut untuk kita jaga.Â
Menghentikan aktivitas yang tidak perlu, hanya yang seperlunya saja. Lebih dekat dengan keluarga. Menghargai mereka yang bekerja sekedar untuk menyambung kehidupan setiap harinya.Â
Serta lebih menjaga alam, dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Bukan hanya saat lockdown ini saja, tapi untuk terus kedepannya.