Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gawai Bukan Bentuk Kasih Sayang Orangtua terhadap Anak

8 April 2019   15:57 Diperbarui: 8 April 2019   16:05 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Entrepreneur, Asia Pacific

Perkembangan teknologi menghadirkan berbagai macam perangkat atau gawai seperti smartphone. tablet, laptop, dan sebagainya. Perkembangan masyarakat yang kini berada pada era masyarakat industri dan informasi juga memiliki imbas pada pola pengasuhan anak. Masyarakat modern cenderung dekat dengan berbagai rupa gawai. Orang tua banyak yang memberikan gawai kepada anak-anak mereka yang masih kecil, masih terlalu dini bagi anak-anak tersebut memperoleh akses pada gawai-gawai tersebut.

Mayoritas orang tua beralasan bahwa gawai-gawai tersebut membantu agar anak-anak tidak rewel dan membuat repot para orang tua. Namun, itu hanyalah alasan dari para orang tua yang sesungguhnya lepas tanggung jawab terhadap anak mereka.

Dalam membina rumah tangga, tanggung jawab yang sangat mungkin terjadi adalah tanggung jawab dalam pengasuhan anak. Menggunakan alasan agar anak tidak rewel dan menangis terus hingga memberikan gawai kepada anak yang masih kecil bukanlah solusi. Pemberian gawai kepada anak memang yang dapat kita lihat membuat anak tidak rewel, tapi itu karena anak-anak menjadi asyik sendiri dengan gawai tersebut. Keadaan ini tentu berdampak pada fisik si anak. Mereka menjadi tidak aktif bergerak, obesitas juga menanti dikemudian hari, kolesterol dan masih banyak lagi.

Peran orang tua hendaknya tidak dianggap remeh. Hal yang tampak sepele yang terjadi pada anak akan berdampak tidak secara langsung, namun akan tampak di kemudian hari. Hubungan emosi antara orang tua dan anak tentu akan menjadi sangat renggang. Anak akan cenderung mencintai gawainya ketimbang orang tua yang melepaskan mereka, yang tidak mau bermain bersama mereka karena alasan kesibukan dan lain-lain.

Belum lagi pemberian gawai kepada anak benar-benar lepas kontrol, akses ke situs porno dan konten kekerasan akan mudah untuk diimitasi anak. Lalu orang tua masih mau menyalahkan pemerintah karena anak mengakses konten-konten tersebut. Lantas anak siapakah itu? Anakmu atau anak pemerintah? Saat terjadi masalah baru para orang tua naik pitam, dan mencari-cari siapapun yang bisa untuk disalahkan. Kita sebut saja Melemparkan kesalahannya pada orang lain.

Pemerintah sudah berupaya melakukan filter di jaringan internet. Tanpa dukungan orang tua, upaya filer dari pemerintah tersebut tidak akan banyak berarti. Menjaga kesehatan fisik dan psikologi anak adalah peran dan tanggung jawab orang tua sebagai tokoh pertama dan utama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun