Meski kadang peran mereka terlupakan, komite sekolah sejatinya adalah jembatan penting yang menghubungkan orang tua, guru, dan pihak sekolah demi mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Komite sekolah, mereka adalah manifestasi suara dari orang tua dan pihak-pihak yang dianggap mampu mencurahkan tenaga dan pikirannya demi kemajuan pendidikan.
Sepuluh tahun membersamai komite sekolah, tepatnya sejak 2014 hingga 2024, dalam peran kecil saya sebagai bagian dari manajemen sekolah. Sayang rasanya ketika kini tumbuh wacana bahwa komite sekolah adalah hal yang sia-sia, bahkan ada yang menyebutnya tidak perlu.
Padahal, selama kurang lebih satu dekade berjibaku dengan hiruk-pikuk berbagai kebijakan pemerintah dan juga dinamika internal sekolah tempat saya mengajar, komite sekolah telah menjadi bagian penting dari berbagai peristiwa yang terjadi.
Ia bukan sekadar pelengkap formalitas, tetapi penyangga etika dan suara moral yang mengingatkan dan mengarahkan, bahkan di saat yang paling rumit.
Mereka layaknya seorang sahabat, selalu hadir setiap saat dan setiap waktu bagi sekolah, tanpa mencampuri urusan dapur sekolah.
Mereka hadir sebagai mitra yang bijak. Selalu melihat dari sudut pandang yang berbeda, memberikan nasihat, pertimbangan, dan masukan, agar kebijakan yang diambil sekolah bisa lebih adil, merata, dan bermanfaat. Minim pro dan kontra, sebab ada suara alternatif yang ikut serta dipertimbangkan.
Andai ada suara-suara sumbang yang mempertanyakan peran komite sekolah, terlebih jika itu datang dari pihak sekolah sendiri, maka saatnya juga kita bertanya, sejauh mana pihak sekolah membuka ruang partisipasi dan menjalin sinergi yang sehat dengan komite sekolah?
Sistem Pendukung
Sekira 2018 yang lalu, saat pertemuan orang tua siswa dalam rangka pembahasan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), ada satu usulan mendadak dari seorang wali murid. Ia mengusulkan agar sekolah membeli kamera sebagai persiapan menghadapi FLS2N.