Melibatkan anak-anak dalam berbagai kegiatan Ramadan di masjid bukan sekadar ibadah, tetapi juga bagian dari pendidikan karakter berbasis pengalaman.
Dalam teori Experiential Learning yang dikembangkan oleh David A. Kolb, pembelajaran efektif terjadi ketika seseorang mengalami, merefleksikan, memahami, dan menerapkan suatu konsep dalam kehidupan nyata.Â
Melalui tadarus, kajian, dan bakti sosial, anak-anak tidak hanya mendengar nilai-nilai kebajikan, juga menghidupinya dalam interaksi sehari-hari.
Kegiatan Ramadan melatih keberanian, kepercayaan diri, serta rasa tanggung jawab. Interaksi di masjid mengasah keterampilan sosial dan membiasakan mereka berkoordinasi, baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa.Â
Pengalaman ini menjadi bekal penting dalam membentuk pribadi yang matang dan berintegritas.
Tampil Berani dengan Kajian Subuh
Seperti tahun-tahun sebelumnya, anak-anak kembali bertugas dalam kajian subuh Ramadan. Kakak memandu acara, sementara Adik melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Â
Dulu, sebelum berani tampil, mereka sempat diliputi keraguan. Drama kecil "berani atau tidak" mewarnai hari-hari menjelang tugas.Â
Namun, dengan latihan dan dorongan yang konsisten, mereka berhasil mengatasi ketakutan dan kini tampil percaya diri di hadapan jamaah.
Latihan rutin bukan sekadar persiapan teknis, juga bagian dari pembentukan mental. Awalnya, suara mereka bergetar, mencerminkan rasa gugup yang wajar.Â