Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik Kompasiana Awards 2024 | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cancel Culture untuk Indonesia Beradab

10 Februari 2025   21:42 Diperbarui: 11 Februari 2025   13:06 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cancel Culture (Sumber Gambar: Kompas.id)

Dengan tidak mengesampingkan potensi negatif dari cancel culture, sebenarnya cancel culture juga berpotensi menjadi mekanisme sosial yang efektif untuk menegakkan nilai-nilai etika dan menjaga ruang publik lebih beradab.

Cancel culture sedang terjadi di Indonesia dan mungkin akan semakin sering terjadi. Fenomena ini terutama menimpa pesohor dunia hiburan tanah air, bahkan merambah ke pejabat yang terlibat perilaku menyimpang. Mereka sering kali menjadi sorotan karena kerap tampil di layar televisi maupun media sosial kita.

Tanpa disadari, cancel culture kini juga menjalar ke dunia di luar hiburan. Ini adalah bentuk seleksi alami dalam kehidupan. Sebuah mekanisme yang seharusnya memberikan ruang bagi hal-hal positif dan menyingkirkan segala sesuatu yang berdampak buruk.

Bukan soal adil atau tidak adil, cancel culture semestinya menjadi pengingat bersama bahwa setiap perilaku harus dipertanggungjawabkan. Memberikan ruang bagi perilaku negatif sama saja dengan membangun budaya yang tidak sehat bagi bangsa ini.

Beberapa pesohor dunia hiburan tanah air telah merasakan dampaknya. Ada yang kariernya meredup setelah tersandung kasus pelecehan seksual karena tidak lagi mendapatkan tawaran tampil.

Ada pula yang harus kehilangan penonton di kanal videonya setelah bersikap sarkastis kepada seorang bapak yang disangka memanfaatkan situasi untuk meminta-minta.

Kasus terbaru yang ramai diperbincangkan adalah seorang pegawai perusahaan pelat merah yang dikecam karena memparodikan pengalaman mendapatkan layanan kesehatan dengan asuransi yang berbeda dari dirinya.

Sebenarnya, sudah banyak kisah cancel culture yang terjadi, baik terekam kamera maupun tidak. Inti dari semua ini adalah boikot terhadap eksistensi seseorang yang dapat terjadi di berbagai dimensi kehidupan, media sosial, dunia hiburan, bahkan karier profesional.

Membentuk Budaya Baik

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang merajalela membuat budaya-budaya baru terbentuk dengan sangat mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun