Mohon tunggu...
Jun Joe Winanto
Jun Joe Winanto Mohon Tunggu... Koki - Chef

Menulis sebagai rangsangan untuk sel-sel otak agar terus berbiak. La Cheo Joe, banyak menulis buku, tetapi tidak untuk diterbitkan secara komersial. Buku-buku tersebut diperuntukkan untuk proyek Departemen Pendidikan Nasional dari beberapa penerbit. Lebih dari 100-an judul buku telah ditulisnya. Lahir pada 9 Juni di “Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Cita-citanya berbelok seratus delapan puluh derajat dari yang diidam-idamkan menjadi Dokter Kandungan. Kuliah pun sebenarnya tak diinginkan oleh kedua orang tuanya karena sesuatu dan lain hal. Cerita berkata lain, diam-diam Sang Guru Bimbingan Karier (BK) SMA-nya memberikan berkas lembaran sebagai Mahasiswa Undangan ke Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. La Cheo Joe sempat merenungi keputusan saat jari-jemarinya menjentikkan pulpen mengisi titik-titik bernama. Perjalanan kariernya di beberapa perusahaan, mengantarkannya untuk berkeliling daerah di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. La Cheo Joe sebagai penyuka olahraga selam, masak,icip-icip makanan, traveling, dan naik gunung ini, bercita-cita punya “tempat makan” sendiri dan ingin segera merampungkan salah satu bukunya yang sempat tertunda lama. Untuk mengenal lebih jauh dengannya, dapat dihubungi via email: junjoe.gen@gmail.com atau di nomor telepon 0857 1586 5945.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kelola YouTube Anda, Biarkan Rupiah Menghampiri

14 November 2018   15:33 Diperbarui: 14 November 2018   18:43 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta VLOG CLICK Kompasiana [Foto: Dok Click]

"Kalau video yang dipotong ada bagian yang kurang kita bisa meng-undo (mengembalikan) kembali ke video utuh", ucapnya. Di sinilah pentingnya mengambil shoot pendek, agar tidak lelah saat editing row material.  

Antusiasme Peserta Vlog Click Kompasiana [Foto: Dok Click]
Antusiasme Peserta Vlog Click Kompasiana [Foto: Dok Click]
Yon Bayu di sela-sela penjelasannya juga menjabarkan, bagaimana dirinya di tahun 2011 telah me-monetize social media sebagai ladang tambahan penghasilan, contohnya facebook. Di tahun yang sama tersebut, dia mulai menggerakkan media sosial FB dengan memperoleh penghasilan satu juta lebih. Sementara itu, menurutnya mungkin teman-teman yang lainnya FB hanya sebagai tempat curhat, say hello, cari teman, atau cari jodoh, hehehe.

Yon Bayu pun tak mati akal. Selama dirinya bekerja di salah satu media cetak,  dia pun buat "ladang uang" untuk tulisan yang dibuatnya, yaitu cerita bersambung yang lantas dijadikan novel. Pengantin  Lembah Kematian, contohnya. Novel ini telah dicetak beberapa kali oleh Wikipedia dan dijual oleh beberapa toko buku online. Banyak cara monetize kalau Anda punya keahlian. Jadi, tak perlu takut kehabisan rezeki. Terpenting, ada kemauan, Insya Allah ada jalan.

Nah, Yon Bayu melanjutkan proses pembuatan video yang sudah disiapkan sebelumnya. Dia memasukkan suara ke dalam video dengan cara merekam lalu dikirim ke email. Prosesnya pun tak perlu waktu lama. Setelah itu memasukkan ke dalam videopad untuk diedit. Jika dirasa suara kepanjangan, sama halnya seperti mengedit video, suara bisa dipotong sesuai kebutuhan.

Gambar-gambar yang dibutuhkan pun disesuaikan, baik untuk pergantian video maupun untuk kover depan video. Setelah printilan-printilan video  tersebut selesai, siap-siap untuk di-upload ke YouTube Channelnya.


Nah, ngomongin YouTube Channel ini, sekarang sudah jadi magnet tersendiri untuk para Blogger-Vlogger, mengapa? Yon Bayu sendiri telah mengelola akun Youtubenya jauh lebih lama. Di sini beliau berbagi. Akun YouTube yang dibuatnya mulanya acak, akan tetapi seiring bergulir waktu, akun YouTube miliknya bertemu niche yang disukainya.

Channel You Tube politik lebih dipilih Yon Bayu. Hal ini lebih kepada interest. Dari YouTube Channel yang dipunyainya itu, pundi-pundinya pun tiap bulan terus membengkak. "Akun YouTube kita itu bisa dikelola dan mendatangkan uang, asal tahu caranya. Minimal, untuk mendapatkan uang punya 1.000 subscriber dan 4.000 jam tayang. Hal ini sangat mudah kita lakukan," jelasnya di sela-sela dirinya  berbagi bersama CLICK Kompasiana.

Saya, dulunya tidak begitu interest dengan yang namanya video, entah kenapa. Mungkin karena tidak sabaran mengedit atau memasukkan potongan demi potongan gambar/video, suara, lantas mengedit satu per satu dengan sangat cermat.

Namun kini, hal-hal seperti tersebut memang harus saya tepikan. Hal itu semata-mata  mengikuti perkembangan zaman yang memang sangat dibutuhkan. Video yang saya hasilkan memang masih amatiran, tetapi punya pesan yang disampaikan.

YouTube Channel Yon Bayu [Foto: Dok Pri]
YouTube Channel Yon Bayu [Foto: Dok Pri]
Di sinilah perbedaan antara Video dan saat saya menulis. Video itu sangat simpel tetapi bisa mencakup dan mewakili seluruh isi yang akan diberitakan. Proses pembuatannya pun perlu kesabaran. Beda halnya ketika saya menulis. Mungkin masih bisa berpanjang-panjang. Wajar, mengapa orang lebih suka melihat video dibanding membaca tulisan yang notabenenya huruf atau angka saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun