Mohon tunggu...
Junirullah
Junirullah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

- Nama lengkap Junirullah - Nama panggilan Jun - Profesi IT dan Seniman - Peserta Workshop Dapodik 2013 Medan - Angkatan II PPWS Online 2014 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Museum Aceh Juga Masuk Daftar Hari Museum Nasional

9 Oktober 2021   21:49 Diperbarui: 9 Oktober 2021   22:03 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Museum Aceh Rumah Tradisional, di gambar oleh. Junirullah

Hari 12 Oktober 2021 peringatan Hari Museum Nasional Republik Indonesia, se-Nusantara, tampilkan museum masing-masing daerah kita agar lestari membumi di dunia.

Kondisi museum Aceh baik-baik saja, meski belum pulang melihat tanah kelahiran, pasti mereka pegawai pelestarian tradisional Aceh menjaga dengan baik tempat museum Aceh ini seperti gambar ilustrasi diatas.

Pasca korona sementara tutup, karena tak boleh ramai-ramai berkunjung, hanya dibatasi dengan jarak mengikuti protokol,

Tarif masuk gratis tak pernah bayar setahui kami, kalau sekarang ada tarif itu diluar sepengetahuan kami,

Saya hanya melihat dan pemandunya itu biasa hanya dipakai saat wisatawan dengan translater bahasa asing jika diperlukan dan mereka memang sudah ada dimasing-masing travel,

yang paling berminat adalah rumah adat Aceh itu adalah seperti rumah zaman ku dulu, indatu nek moyang membuat rumah sejuk dan terasa dingin didalamnya karena terbuat dari kayu simantok asli, dengan bak mane, bak nibong, dan pelepah nibong, dengan atap asli rumbia,

Kenangannya adalah saat top padee (jeungki) merupakan alat tradisional penumbuk padi, pada musim panen berlangsung, jeungki itu selalu berbunyi dan anak-anak menunggu geuleupak gob top, 

artinya anak-anak menunggu  makanan yang hasilnya itu seperti perkedel lamkamegogo, yang dinamakan geuleupak atau gelepek dan rasanya uenak karena habis bermain pasti anak-anak terasa lapar, 

dan gelepek inilah yang menjadi makanan kesukaan anak-anak pada masa 1982 sampai mungkin 1987, waktu masih ada alat tradisional penggilingan padi ala tradisonal, setelah masuk mesin industri, 

lambat laun jeungki tradisional tidak dipakai lagi, dan menjadi kenangan seperti anak-anak menaiki kuda lumping sambil berbaris cilupba.. kasihan mereka karena kenangan hanya tinggal memori melawan lupa, dan tinggal kenangan semata kojang-kojang.

Ya.. memang sudah dilupakan, hanya tinggal leusong dengoen badan jeungkie, nyan mandum kajeut keu arang. Artinya tinggal lesung dan bodi alat tradisional penumbuk padi (jeungki) yang sudah menjadi arang.

Korona masa pademi ini sebagian mungkin sudah berayap dan berlaba-laba, karena tak ada pengunjung sepi,

Merawat museum adalah wajib bagi regenerasi bangsa Indonesia, karena pelestariannya itu harus terus berkelanjutan, sebab tak ada lagi harta pusaka nenek moyang kita, selain melestarikan museum dimasing masing wilayah setempat,

Karena Museum di Indonesia adalah keuneubah indatu moyang geutanyoe, artinya adalah Museum itu adalah peninggalan nenek moyang kita yang harus kita jaga dan lestarikan agar anak-anak cucu kelak mengetahui bahwa, pada zaman dulu kala nenek moyang mereka ada dan hidup dengan melihat-lihat peninggalan mereka yaitu kumpulan seluruh Museum di Indonesia.

9-10-2021. Penulis. Junirullah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun