Mohon tunggu...
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA Mohon Tunggu... Freelancer - aku adalah Tanah

Baca dengan mata/rasa dengan pikiran/karena aku adalah tanah yang mendambakan bacaan dan tulisan/ karya sastra sebagai bumbu kehidupan///Onesimus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

GadisMu I

13 Juli 2022   16:54 Diperbarui: 13 Juli 2022   17:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apakah Kamis sedang mempermainkanku///

Berawal dari sebuh lagu, berjudul Kangen. Tak tahu aku lagu itu milik siapa. Pantas lagu ini milik suara yang menyanyikannya mendekati malam kemarin, sebuah rasa yang memiliki kerinduan, sempurna jika rasa dan liriknya sama. Lembut serta vibrasi suara yang bagus dan berimbang porsinya. Keinginan yang berisyarat pada seseorang yang belum terbaca maksud dan tujuannya. Terbentuklah percakapan-percakapan matang yang membawa pada sebuah kesepakatan yang melangkahi waktu untuk bertemu di sebuah titik koordinat yang tak terpikirkan jauh sebelumnya. Kuiyakan pertemuan itu, kusertai sebuah urutan waktu yang harus kulalui hari Kamis ini. Ia malah menolak untuk membatalkan, memang harus bertemu dan bertemu. Dua jam ungkapnya cukup untuk melihat dan bertatap senyum di samping alasan lain untuk mengenali Almamater dengan tiang-tiang pilarnya berwarna biru. Tak pernah terencana baik sebelumnya, Tuhan telah berkehendak, apapun terjadi ini merupakan GadisNya yang diperkenalkan lewat peristiwa Dunia pada Kamis sinis itu.

Aku pun telah melewati beberapa pepohonan di pinggiran jalan menuju Almamater yang kubanggakan. Langit cerah berwarna biru, seakan-akan gedung dan langit itu berjanji pagi ini untuk bersama memadu warna indah. Aku telah menjatuhkan bokongku ke kursi kayu dengan warna coklat kilat hasil pernisan para tukang yang lihai memainkan warna. Masih kepikiran, apakah ia akan benar-benar datang?

Kuabaikan, kini mataku menatap kanvas putih yang tiba-tiba berganti warna diimbangi oleh suara getar berisi laki-laki muda di depan sana. Setelah kanvas putih padam, kulanjutkan pekerjaanku memadamkan api, mataku tertuju ke layar monitor komputer. Kukejar waktu, berlari kebirit-birit padahal tak ada kejelasan yang akan kutemui di sana. Alat komunikasiku baru saja mati, daya sudah habis. Pagi tadi tak sempat kucolokkan agar kenyang oleh listrik.

Pukul 9.53 kudapati Gadis itu baru saja menghubungiku. Kucek pesan singkat darinya, "Jumaaa...aku otw ya ".

"Ya Tuhan, GadisMu mendahului rencana sibungsuMu." Terjingkat-jingkat hatiku merasakan kebahagiaan matang melewati batasan waktunya. Telah lama waktu menolakku untuk melihat bola mata indah yang penuh cinta. Ia adalah calon Guru mulia yang dicintai anak-anak didiknya. Sehari tidak memandu pelajaran Matematika, pasti akan dicari oleh mereka. Dia ada dengan perbuatan yang menyenangkan dalam setiap cara mendidik dan mengajarnya. Aku percaya dan yakin, pasti Perempuan muda itu merupakan anak GadisMu.

Pemberitahuan telah sampai padaku, aku pun menjemputnya ke Gapura utama. Di sana terdapat sebuah Tugu dengan ornamen utama seekor Burung tergagah menghempaskan sayap kekarnya dan menengadahkan kepala menjulang tinggi ke langit, seakan-akan hidup berkata "Kuasai teknologi dan kedirgantaraan untuk menguasai Dunia" kalimat yang harus berdengung dalam pikiran, buah pikiran oleh filsuf Ir. Soekarno disampaikan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia pada jaman itu. Namun, sayang sekali pemrakarsa Tugu tersebut tidak menyitir filsafat itu dengan nama jelas filsufnya. Hal itu yang membuat pembacanya hanya mampu mengecap dan tak mampu mengilhami dalam implementasi kenyataannya, bahkan sebagian teman-teman Mahasiswa menyebut Tugu bertuliskan kalimat itu sebagai "Tugu Burung Mprit-prit."  Sambil berbicara, "Kamu di mana sih? Aku di Gapura ini." Tanyaku peka padanya, khawatir warga teritorialku melihat dan biasanya memviralkan di manapun ketika bertatap muka.

"Baju Juma warna kotak biru? Lihat ke belakang Juma" kutolehkan mataku ke sana. Ternyata Gadis Sedayu itu berjarak lima meter dari sisiku dengan waktu tempuh lima belas detik untuk mendekat padanya, tak jauh dari Gapura dan Tugu itu berada. "Hallo, kamu nekat, sumpah. Datang jauh-jauh dari Barat ke Timur untuk bertemu." Langsung saja kumuntahkan kalimat itu dari pikiranku.

"Aku udah gak ada kelas Jum. Jadi aku main ke Almamater kamu. Mau main dan lihat-lihat saja Juma. Nah, setelah ini aku akan ke rumah sahabatku, Juma." Jawaban lembut dari GadisMu kamis itu, suara khas berlogatkan Jawa, namun bukan Priyayi. Ia anggun dan memberikan pesona positif saat aku didekatnya. Keguruannya memang sudah tercermin sejak lama. Pantas, ia memang dibenarkan menjadi Guru di masa depan bagi anak-anak Indonesia di wilayah remote area Republik Indonesia.

Dalam gerak bibir dan batinku, "Aku masih bertanya pada Tuhan yang Tritunggal itu. Kenapa GadisMu ayu sekali. Bola matanya serta senyumnya menyejukkan udara sekelilingku. Panas terik matahari pun tak kena lagi pada kulitku yang hitam legam. Bisik-bisik ini, aku harus apa, Mak ahhh" eranganku di dalam sana.

Ia masih duduk di atas motornya, sedangkan aku masih keringat dingin, tak tahu kebenaran apa yang harus akan kulakukan. Di bawah Gapura ini lagi-lagi kubiarkan ia menikmati sekaligus menyaksikan kebodohanku. Aku kaku, tak terbiasa bertemu Perempuan ayu seperti GadisMu. Senyumnya yang ramah membuat suasana diriku selalu diiringi Kareta-kareta kencana dari negeri antah-brantah dengan nyanyian pujian pada seorang pujangga. Rasa syukur tak lepas kupanjatkan pada Dia yang merencanakan segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun