Mohon tunggu...
Junimarlinda Rambe
Junimarlinda Rambe Mohon Tunggu... Guru - Belajar dan terus belajar

Berbagi itu indah. https://rambejunimarlinda85.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keajaiban Berbakti kepada Kedua Orangtua

7 Februari 2021   16:30 Diperbarui: 10 Februari 2021   20:32 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar diolah dari canva.com

Pertama Jasa dan Budi baik kasih sayang dan kecintaan mereka pada kita mulai dari kandungan ibu sampai dewasa. Pembelaan dan pengorbanannya sungguhpun nyawanya terancam namun kita tetap dipertahankannya, kita tetap dibela dan dirangkulnya meskipun sedunia ini telah benci kepada kita. 

Lihatlah badannya yang sudah tua, lemah tidak berdaya, padahal kita telah menjadi seorang ibu dan ayah, namun kita tidak pernah berpisah dari padanya. Bila kita sakit, dia pun merasa kesakitan pula, bila kita susah ditimpa penderitaan matanya tidak mau tertidur.

 Perutnya tidak terasa lapar malah dunia ini terasa sempit dalam perasaannya, tanah yang dipijak seakan-akan tidak terasa, langit yang dijunjung terasa menimpa dirinya, perhatiannya tetap kepada kita. Sekalipun di malam sunyi sepi, dia tidak tahu di mana bumi tempatnya singgah, di mana langit tempat berteduh, sungguh luar biasa kasih sayang ibu beserta cinta dan pengorbanan orang tua kepada kita.

Apakah kita masih berani dan tega mendurhakainya? Ingatlah...

Ibu telah menjalani dan merasakan sakit, susah lemah, lunglai lesu dan kecapean. Makanpun tidak selera, tidurpun tidak bisa nyenyak, jiwanya penuh ketakutan namun kita tetap dijaga dan dipelihara nya sekuat tenaga dan kemampuannya. Tidak pernah terlintas di dalam hatinya menganiaya kita, apalagi menggugurkan kita dari perutnya.

Kedua Pada saat tiba waktunya melahirkan kita, perasaannya seolah-olah sudah diambang pintu maut, seakan-akan dalam perasaannya ajal yang akan merenggut jiwanya akan tiba, tangisnya merintih, pandangan matanya sayu dan air matanya membasahi pipinya, berulang kali tangannya terulur panjang untuk memohon maaf atas segala dosanya, sambil berkata dengan penuh iba dan ketakutan, namun tekad yang kuat tetap tertancap dalam hatinya bahwa walau bagaimanapun anak yang ada di dalam rahim yang akan dilahirkannya sekalipun harus mengorbankan jiwanya.

Ketiga Ketika kita telah dilahirkan oleh ibu, lalu bidan menyambut dengan kalimat syukur, seiring tangis kita membelah suasana kamar bersalin, hati ibu sangat gembira, airmata perjuangannya telah berganti dengan airmata kebahagiaan, rasa sakit dan pilu serta cemas yang membayangi pikirannya sebelum kita lahir telah berganti dengan tawa ria yang diiringi airmata, apalagi ketika bidan berkata bahwa kita lahir itu tidak ada kurangnya dan tidak bercacat. 

Di wajah ibu tampak berseri-seri, seolah-olah dia telah memiliki seluruh pengisi alam semesta ini, bahkan orang-orang yang menunggu kehadiran kita ikut bergembira. Walau badan ibu belum terurus dan dibersihkan, namun dia telah meminta kepada bidan agar wajah kita yang mungil dinampakkan kepadanya, dengan penuh kasih sayang dia menegur menyapa seolah-olah kita mengerti apa yang diucapkannya, sanjungan yang tulus dan manis tanpa ia rasakan telah keluar dari bibirnya.

Keempat Semasa kita dalam kandungan ibu, ayah kita semakin giat dan kuat berusaha dengan tidak mengenal lelah mencari dan berusaha apa-apa saja yang akan menjadi kebutuhan kita. Ketika kita telah dilahirkan oleh ibu ke dunia ini, matanya ditahankan tidak tidur karena hatinya sangat gembira, kebahagiaannya tidak ada alat tulis yang dapat menuliskan dan menggambarkannya, tidak ada pengukir yang bisa mengukir kebahagiaannya, hanya Allah yang Maha Tahu yang ada di dalam hati hamba-Nya. 

Setelah kita lahir ayah memeluk kita sambil mencium pipi kita dengan kasih sayangnya seiring ayah kita menghadap kiblat untuk membersihkan dan memperdengarkan kalimat kalimat tauhid kepada kita melalui kumandang adzan dan qomat. Sungguh bahagia dalam perasaannya.

Maka mari kita berbakti kepada kedua orang tua kita dalam segala sesuatu dan dalam setiap amal kita!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun