Mohon tunggu...
Juniar Ajeng Kusumawardani
Juniar Ajeng Kusumawardani Mohon Tunggu... Lainnya - memayu hayuning bawana

Hi! I'm Juniar! I am interested in various things, especially environment, literature, and entertainment

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosmed, Pendegradasi Moral Warganet?

14 Juni 2020   13:20 Diperbarui: 14 Juni 2020   13:18 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sosmed, dunia maya dengan segala tipu dayanya. Zaman sekarang siapa yang tidak bisa mengakses sosial media? Anak-anak yang nyatanya masih di bawah umur, remaja, orang dewasa hingga lansia pun lihai berselancar di dunia maya.

Facebook, instagram, twitter, youtube dan lain sebagainya menjadi makanan sehari-hari sebagian besar kaum yang mendewakan sosmed. Bahkan, orang tua kini menjadikan sosmed sebagai penenang ketika anaknya rewel. Hal tersebut pun menunjukkan bahwa eksistensi sosmed kian merajai kehidupan manusia.

Tetapi kegiatan belajar daring saat ini kan memerlukan sosmed? Apa itu bukan termasuk sisi positif dari sosmed? Tentu saja hal tersebut adalah sisi yang baik dari adanya sosmed. Namun yang perlu diketahui, apakah pemakaian sosmed untuk belajar sudah sesuai?

Nyatanya kini banyak sekali bertebaran di media bagaimana siswa mencari jawaban untuk tugasnya, iya jawaban bukan tutorial. Bukankah hal ini membuat generasi muda menjadi malas untuk berpikir? Setiap menemui kesulitan, cukup bertanya di internet kemudian jawaban otomatis muncul. Cukup klik klik klik, copy, paste, ubah isi sedikit atau bahkan tidak diubah sama sekali, tugas pun siap.

Belum lagi tren komentar spam yang kini mulai merebak kembali di dunia per-sosmed-an. Semakin dilihat dan diamati, moral netizen pun semakin turun.

Sebagai contoh kasus yang viral beberapa waktu lalu, perseteruan antara kaum remaja perempuan yang iri dengan kecantikan artis baru asal Filipina dan kaum remaja laki-laki yang menggandrunginya hingga akhirnya artis tersebut tutup akun sosmednya.

Atau fenomena "rahim anget" yang kerap kali dilontarkan sebagian besar kaum hawa di kolom komentar pria tampan. Hingga akhirnya muncul tagar "#noindonesiagirl". Cukup memalukan bukan? Harga diri sebagai bangsa yang bermoral mulai ternodai dengan perilaku-perilaku tersebut. 

Selain itu, di kolom komentar, pasti anda akan menemukan kata-kata yang tidak sepatutnya dikirim. Fenomena spam "login" seringkali ditemui di kolom komentar postingan orang yang terkena musibah. Bahkan di postingan luar negeri pun mulai ditemui komentar semacam ini.

Bagi yang tidak tahu maksudnya, kata tersebut pasti sangat mengganggu bukan? Ketika salah seorang merasa risih dengan "login", pasti mereka akan mengelak dengan mengatakan bahwa itu adalah singkatan dari "lo gue doain". Ketika akan mengajukan argumen lagi, pasti akan dijawab dengan "off baperan" yang maksudnya adalah dia tidak ingin menjawab karena lawan dianggap terlalu membawa perasaan.

Bukankah itu menunjukkan bahwa kepedulian mulai menurun? Mungkin bagi remaja dan orang dewasa hal itu biasa saja, namun bagaimana jika anak-anak di bawah umur meniru perilaku itu? Bagaimana nasib moral generasi selanjutnya?

Sebenarnya sosmed asik digunakan sebagai hiburan ketika lelah menjalani rutinitas. Sosmed juga sangat bagus sebagai sarana edukasi. Namun, penggunaan sosmed yang sesuai dengan etika pun perlu dilakukan. Bimbingan orang tua untuk pengguna sosmed kalangan anak-anak sangat diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun