Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kesehatan Vs Ekonomi, Mana Lebih Penting?

4 Maret 2021   10:52 Diperbarui: 29 Maret 2021   14:15 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penanganan pasien Covid 19 (Sumber: shutterstock.com via money.kompas.com)

Kita tentu perlu mengapresiasi langkah pemerintah untuk menyelamatkan kelompok masyarakat miskin yang terdampak pandemi melalui program pemulihan ekonomi nasional. 

Di tahun 2021 ini, pemerintah menganggarkan biaya untuk pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp 627,9 Triliun yang digunakan untuk memberikan perlindungan sosial, kesehatan, dukungan pada UMKM dan Koperasi, Insentif Usaha dan Pajak, serta beberapa program prioritas.

Peran pemerintah dengan daya regulasinya adalah pilihan etis yang dibutuhkan di masa pandemi ini untuk melindungi masyarakat yang tidak beruntung. Dalam kondisi seperti ini kita tidak bisa menyerahkan nasib pada kekuatan pasar semata. 

Sepanjang sejarah ekonomi, sistem perekonomian selalu berayun di antara kebebasan berusaha dan daya regulasi. Ketika ekonomi didominasi oleh kebebasan berusaha yang berlebihan atau bahkan sebaliknya, didominasi oleh daya regulasi yang mencengkeram, maka tatanan masyarakat akan diwarnai oleh dehumanisasi. 

Paham neoliberalisme yang memberikan ruang kebebasan berusaha berlebihan, sama berbahayanya dengan paham otoritarianisme, fasisme, komunisme, dan ultra kanan yang memberikan ruang cengkeraman regulasi berlebihan.

Jadi kita harus berhati-hati juga apabila ada pihak yang mengecam kapitalisme lalu membawa pada tawaran sistem yang mencengkeram, apapun landasan ideologisnya, karena itu bisa sama berbahayanya.

Jadi, pengambil kebijakan perlu mencari titik optimum untuk menyeimbangkan elemen 'kebebasan berusaha' dan 'daya regulasi'. Langkah pemerintah untuk turun tangan dalam menempuh kebijakan di masa pandemi ini sudah tepat. 

Namun pemerintah juga jangan sampai terjebak pada dorongan untuk menjadikan daya regulasi semakin mencengkeram, atau mengatur kehidupan secara berlebihan.

Oleh karena itu, regulator juga perlu didukung oleh komunitas, kelompok masyarakat, yang memiliki kepedulian untuk menyeimbangkan berbagai dimensi kehidupan, termasuk menanamkan etika tertanam kembali dalam ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun