Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebaikan dan Keburukan

19 Agustus 2018   21:33 Diperbarui: 19 Agustus 2018   21:59 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebaikan dan Keburukan

"Berlomba-lombalah kalian dalam banyak kebaikan!"

Berbuat baik mendapatkan pahala. Tapi tak semu orang mampu melakukannya dengan ikhlas. Komitmenku, ketika sedang ada niat baik kuusahakan terlaksana waktu itu juga: secepatnya tanpa harapan apa-apa. Karena kalau ditunda, nafsu dalam jiwa kita ini akan menggodanya agar kita tak berbuat baik: menggagalkannya dengan berbagai perhitungan, matematis. Misalnya memberi atau membantu. Jika hendak memberi atau membantu, jangan dibatasi oleh alasan-alasan: berilah dan bantulah langsung.

Jangan sampai melakukan ini:

"Aku sebenarnya mau bantu kamu ngangkut barang, tapi karena kamu gak bantu aku dulu waktu kerja, aku gak jadi bantu kamu." (ini sering kutuliskan sebagai bentuk agar aku selalu ingat dan melaksanakan atas nasihatku sendiri).

"Jangan bantu atau beri dia, karena dia dulu pernah menipuku." (menghalangi jalan kebaikan).

Emang berrat, Lur... Berrat. Tapi, aku harus mencobanya agar tak mengatakan atau melakukan hal itu.

Dalam setiap diri seseorang tersimpan potensi kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, dua hal itu pasti ada. Setelah itu, tergantung komitmen kita untuk merealisasikan yang mana, saranku realisasikanlah kebaikan - dengan ikhlas - yang terpercik dalam batin kita meski sedikit.

Sementara keburukan: dalam bentuk apa pun sebisa mungkin hindari. Hal ini tak mudah juga, karena nafsu dalam diri kita akan mendorongnya terus-menerus.

Satu hal yang sebenarnya yang kurang aku suka ketika seorang teman menjelekkan (memburukkan) orang lain tanpa alasan yang jelas dan tanpa hikmah yang seharusnya aku (kita) pelajari. Aku menghindari menjelekkan orang lain, sebisa mungkin meski sangat sulit. Karena dari memburukkan orang lain itu akan tumbuh benih-benih kebencian. Semoga aku dan kalian semua terhindar dari sifat benci, sehingga tumbuh rasa cinta. Amin.

Kenapa kalau misalkan kita membicarakan kebaikan-kebaikan orang lain? Itu lebih mulia untuk mengambil suatu hikmah.

Lain hal lagi, ketika aku membicarakan suatu keburukan seseorang, sebagai sarana agar aku sendiri dan teman yang kuajak bicara bisa mengambil hikmah dan menjauhi keburukan serupa yang kubicarakan. Entah, untuk persoalan tentang caraku ini memiliki nilai apa, mungkin teman-teman memiliki masukan, tentang membicarakan suatu keburukan seseorang dengan tujuan untuk mengambil hikmah. Silakan. Jika enggan berkomentar, bisa jumpai aku atau chat pribadi.

Semoga aku, kita, dan kalian semua dijauhkan dari sifat benci dan penyakit hati lainnya. Amin.

Yogyakarta, 19 Agustus 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun