Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Pribadi yang Supel

24 November 2017   22:16 Diperbarui: 24 November 2017   22:33 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang desa atau masyarakat pedesaan bisa dibilang sebagai masyarakat yang supel. Dalam artian ini, supel tak jauh berbeda dengan istilah "mudah akrab" dengan orang lain. Akrab bukan untuk tujuan lain. Kadang ada orang yang mudah akrab, tapi punya tujuan lain seperti materi atau cari muka. Akrab dari supel ini memang dengan tujuan menjalin hubungan baik di lingkungan sosial. Menjadi supel kadang memang sulit, tapi orang yang supel pasti punya banyak teman dan disenangi oleh orang lain.

Aku merasakan banyak hal tentang tingkat kesupelan masyarakat kota dan desa. Saat di Surabaya sekitar lima tahun lebih, aku jarang menemukan masyarakat (orang yang belum kita kenal dengan baik) ketika bertemu bisa seperti teman akrab. Situasi dan lingkungan menurutku yang menjadikan sebab.

Berbeda halnya ketika aku menginjakkan kaki di Jawa Tengah, khususnya Yogyakarta. Di Jawa Tengah, aku menemukan masyarakat seperti orang-orang desa di rumahku. Mereka mudah menyapa dengan sapaan penuh keakraban. Di tempatku saat ini, di daerah Balaiyasa atau bengkel kereta api di Yogyakarta, masyarakatnya penuh simpatik. Jika aku menggunakan bahasa pertemanan, mereka adalah masyarakat yang supel. Mudah diajak bicara. Aku merasa nyaman ketika berjumpa dengan masyarakat, karena mereka enak diajak bicara.

Maka dari itu, supel merupakan cara kita hidup dalam lingkungan masyarakat agar penuh warna. Hidup bisa indah dengan cara menjalin hubungan sosial yang hangat dan penuh persahabatan: supel.

Yogyakarta, 24 November 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun