Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karakter Manusia

2 November 2017   11:50 Diperbarui: 2 November 2017   12:03 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karakter merupakan bagian dari partikel kecil dalam kehidupan manusia, tetapi berpengaruh terhadap segala aspek kehidupannya. Dalam hal ini, karakter hisa kita sebut sebagai sifat yang melekat pada diri manusia. Hal itu bisa dilihat dari perilaku sehari-hari.

Keberadaan karakter pada diri manusia menjadi ukuran dalam tatacara kita hidup bersosial. Kita masing-masing memiliki karakter berbeda, meskipun sebagian karakter satu manusia dengan manusia yang ada kemiripan. Dengan karakter itu, kita bisa belajar untuk memahami dan berbuat lebih baik sesama manusia. Sehingga tercipta kerukunan.

Pada dasarnya, manusia menginginkan sifat baik. Tetapi, cara yang kita tempuh kadang tak mengahasilkan sifat baik. Di sini, karakter memiliki peran tentang cara agar kita bisa mendapat sesuatu atau sifat baik dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, dalam diri manusia terdiri dari banyak karakter atau sifat, yang salah satunya bisa muncul secara tiba-tiba (kadang-kadang) atau terus-menerus. Nah, sifat atau karakter yang muncul secara terus-menerus ini, pada umumnya disebut watak. Jika karakter yang terus-menerus (watak) seseorang itu buruk atau kurang baik, maka akan sulit untuk diubah, begitu juga sebaliknya.

Misalkan, orang yang berwatak sombong, "selamanya" watak itu akan selalu muncul. Hal ini akan menjadi duri dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi ditambah sifat mau menang sendiri, tak ada orang yang paling benar kecuali dirinya sendiri, sifat "keakuan" selalu dibanggakan. Sifat demikian harus kita hindari, karena sifat tersebut hanya mengundang rasa kurang suka dari orang lain.

Apapun alasannya, sifat (karakter atau watak) negatif atau buruk manusia tidak kita suka. Tetapi, karena egoisme yang tinggi, kadang kita (tanpa peduli) telah menunjukkan sifat negatif (sombong) di lingkungan sekitar. Hal semacam ini sebaikanya kita hindari. Sebagai pribadi yang berpendidikan tak layak bersifat sombong di lingkungan sosial.

Dengan kata lain, semakin seseorang berpendidikan, maka semakin halus budi pekertinya semakin bijaksana batinnya. Bukan semakin bejat perilakunya. Sebenarnya, karakter itu bisa dibentuk, begitu juga dengan watak. Salah satunya yaitu dengan mengimplementasikan segala pengetahuan positif yang telah kita dapatkan. Memang sulit untuk diterapkan, hal ini yang menjadi tantangan bagi manusia sebagai tujuan untuk membangun jiwa lebih arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupan bersosial. Mari, bangun karakter baik kita dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.

Yogyakarta, 2 November 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun