Realitas yang kita lihat dipermukaan ini memiliki dasar. Hal itu yang kira-kira disepakati oleh para filosof. Dalam bahasa yunani kuno dasar itu disebut arche/phusis.
Arche menurut thales adalah Air. Metode thales adalah metode yang kemudian disebut dalam ilmu alam sebagai metode induktif menarik kesimpulan umum dari gejala empiris yang spesifik.
Metode induktif kebanyakan digunakan oleh para filosof alam yunani kuno walaupun para filsuf waktu itu tidak mengatakan itu metode induktif tapi sebelas duabelas dengan metode induktif dalam ilmu alam. Mungkin karena itulah kebanyakan filosof yunani kuno disebut filsuf alam.
Tapi Air menurut thales bukanlah sejenis cairan H2O/O2 menurut istilah kimia tapi Air sebagai konsep filsafat.
Tapi Pendapat thales kemudian dibantah oleh dua muridnya yakni anaximandros dan anaximenes. Bagi anaximandros dasar realitas itu bukan air tapi sesuatu yang tak terbatas, tak meruang dan tak mewaktu konsep itu disebutnya to apeiron.
Tapi Bagi anaximenes dasar realitas itu bukan Air atau to apeiron tapi udara.
Tapi Demokritos menolak pandangan thales, anaximenes, anaximandros, baginya dasar realitas itu bukan air, udara, atau to apeiron tetapi atom, sebuah partikel kecil tak kasat mata, sebagai entitas paling kecil di alam yang menyusun semesta fisik, yang kemudian pendapat demokritos tersebut dikembangkan dalam ilmu fisika sebelum kemudian ditemukan proton, elektron, quark sebagai partikel yang lebih kecil dari atom.
Tapi Herakleitos membantah pendapat beberapa filsuf sebelumnya baginya realitas paling dasar itu disebutnya dengan metafor api simbol pergerakan realitas. Tak ada yang diam dialam kecuali ketidakdiaman itu sendiri. Tak ada yang tetap semuanya pantha rei mengalir.
Tapi Kemudian pendapat herakleitos dibantah oleh parmenides baginya realitas dasar itu bukan gerak, air, udara, atom tapi sesuatu yang tetap dan tak mungkin bergerak, dan menurut phytagoras itu adalah bilangan atau bentuk matematika, baik arimatika atau geometri.
Tapi Sokrates dan Plato menengahi perdebatan parmenides dan herakleitos itu. bagi plato realitas itu ada dua : materi dan idea. Materi itu sifatnya mengalir, tak pernah diam, sedangkan idea itu abadi, dan tetap, tapi dasar realitas baginya adalah idea. Pergerakan materi itu ada karena ada pergerakan idea.
Tapi murid Plato salahsatunya Aristoteles membantah pendapat plato tersebut dengan menunjuk jarinya ke bumi. Bagi aristoteles realitas memang ada yang ideal dan yang material atau yang bergerak dalam teorinya hylemorfisme tapi dasar realitas itu bukan idea tapi idea adalah manifestasi dari realitas yang bergerak itu. Pendapat aristoteles dan plato kemudian banyak dikembangkan dalam ajaran filsafat teologi islam atau kristen pada abad tengah oleh ibnu rusyd, ibnu sina, ibn arabi, plotinos, thomas aquinas, anselmus, beberapa filsuf yahudi dan lain sebagainya.