Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lawan Senioritas di Kantor dengan Kerja Profesional

30 Juli 2021   07:38 Diperbarui: 30 Juli 2021   10:08 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi, dan lain -- lain. Setiap tahun datang adik -- adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban -- korban baru untuk ditipu oleh tokoh -- tokoh mahasiswa semacam tadi".

Kata -- kata diatas adalah kata -- kata milik Soe Hok Gie yang menyindir mahasiswa yang gemar menerapkan senioritas. Persoalan senioritas sepertinya sudah merupakan hukum alam (sunatullah) yang dimulai sejak kita sekolah dulu. Dari TK, SD, SMP, SMA dan ketika kita jadi mahasiswa pun senioritas selalu saja menghantui kita.

Diksi senior versus yunior, selalu kita lihat dan kita alami dengan jelas, hanya untuk menunjukkan kekuasaan (superior), siapa yang lebih berkuasa, siap yang lebih jago, siapa yang lebih duluan, dan siapa yang lebih lainnya. Tindakan mau menang sendiri inilah terkadang mendorong orang berbuat nekat dan irasional.

 Parahnya hal ini terjadi berulang -- ulang, terus menerus, dari generasi ke generasi berikutnya. Sampai ke dunia pekerjaan pun, masih to be continue. Walaupun banyak perusahaan yang bodoh amat ga respek blas dengan senioritas, tetapi iklimnya sudah terbentuk demikian rupa.

Walaupun sekarang banyak perusahaan yang lebih percaya dan lebih tertarik dengan tenaga -- tenaga yang fresh graduate, tetapi pada kenyataannya mereka yang merasa lebih senior sepertinya belum mau move on. Prinsip "the right men on the right place" kalah dengan konsep "work experience" karena ada mindset yang tidak level mungkin ya.

Seperti yang saya alami di kantor saya dulu, ketika saya diangkat menjadi asisten manager mengalahkan senior -- senior saya , yang dengan terpaksa akhirnya menjadi bawahan saya. Sebagai orang yang tidak mau dikatakan "kacang lupa kulitnya" saya tetap menghormati senior -- senior saya, dan saya lebih banyak mendengarkan curhatan mereka.

Tetapi ternyata  kenyataan di lapangan sungguh amat berbeda, di belakang saya mereka bahkan memprovokasi bawahan saya,  mereka anggap yunior mereka, untuk  tidak menuruti strategi dan kebijakan yang saya terapkan. Akibatnya jadi chaos, ketika saya di panggil menghadap oleh brand manager saya untuk di mintai keterangan tentang kondisi kantor, saya sudah tidak hormat lagi dengan para senior yang menjadi bawahan saya.

Hingga pada akhirnya, saya katakan pada brand manager,"bapak lebih percaya siapa, kalau bapak percaya saya silahkan bapak pecat mereka  tetapi kalau bapak lebih percaya mereka saya yang akan resign dari perusahaan ini. Singkat cerita,akhirnya para senior saya di pecat dengan tidak hormat.

Dari cerita saya diatas, dalam realitas dunia kerja hal -- hal semacam itu, akan banyak dialami terutama bagi para newcomers dalam dunia kerja. Dan biasanya para pemuda lebih cepat meniti karier daripada para seniornya. Saya akan memberi beberapa tips dan cara bagaimana mengatasi problem tersebut  jika dalam sebuah kantor sarat dengan hukum senioritas.

Pertama, Percaya diri akan kemampuan dan attitude yang anda miliki, perusahaan lebih memilih profesionalisme  daripada hanya senioritas berkedok loyalitas.  Profesionalisme di sertai attitude yang baik , jauh lebih menarik daripada senioritas berkedok loyalitas.

Kedua, jangan takut pada teror dari para senioritas, berprinsiplah bahwa yang menggaji anda adalah perusahaan anda bukan senior anda. Intinya anda ikut perusahaan anada bukan tunduk pada senior anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun