Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membumikan Mainan Edukatif Tradisional untuk Anak

29 Juli 2021   11:25 Diperbarui: 29 Juli 2021   13:18 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jangan sampai pernyataan seperti ini," masa kecil Anda kurang bahagia ya?", koq perilaku anda mirip anak -- anak. Atau kalau boleh mengutip pernyataan Gus Dur waktu itu, yang mengibaratkan Dewan Perwwakilan Rakyat Rebuplik Indonesia seperti Taman Kanak -- kanak.

Begitu membuka dashboard beyond blogger Kompasiana.com, pada halaman utama aku lihat beberapa notifikasi,  salah satunya dari Kompasiana centang biru, yang ternyata mengajak berbagi tulisan dengan tema  "Mari Membuat Mainan Edukatif Untuk Anak", langsgung saja alam bawah sadar saya  berkelana ke zaman old, mereview masa -- masa kecil dulu.

Semaca kecil dulu, aku diajari oleh kakak -- kakak saya bagaimana cara membuat dolanan anak dari bahan baku pelepah pisang. Yang saya ingat dan yang paling mudah adalah membuat pedang -- pedangan.

Cara membuatnya sangatlah mudah, pilih pelepah pisang paling lurus, kemudian dihaluskan sampai terlihat bagian tengah dari pelepah pisang, Selanjutnya potong dengan pisau menjadi dua bagian, yaitu bagian yang panjang dan bagian yang pendek.

Pertama,  pelepah pisang yang sudah dihaluskan potong kurang lebih sepanjang 50 sentimeter untuk dijadikan bilah pedang, kemudian ujungnya dibuat lancip. Kedua, pelepah pisang yang sudah di haluskan potong kurang lebih sepanjang 20 sentimeter.

Setelah dipotong, bagian tengah pelepah pisang yang pendek tersebut dilubangi sesuai dengan lebar potongan pelepah pisang yang panjang. Selanjutnya, pelepah pisang yang panjang dimasukkan ke lubang pelepah yang pendek kira -- kira sampai bawah seukuran pegangan tangan kita. 

Selesailah cara membuat pedang -- pedangan dari pelepah pisang. Tidak hanya membuat pedang -- pedangan saja, tetapi dari pelepah pisang dapat dibuat mainan edukatif untuk anak seperti senjata/tembakan laras panjang, mobil -- mobilan, kapal -- kapalan, kuda lumping,  dan sebagainya.

Cara membuatnya pun sangat mudah. Untuk membuat senjata laras tinggal ditekuk  bagian ujung pelepah yang paling besar  sehingga membentuk segitiga, untuk mengikatnya menggunakan tali dari gedebog pisang (zaman dulu), kalau sekarang bisa menggunakan karet gelang.

Untuk membuat mobil -- mobilan bisa kita rakit potongan -- potongan pelepah pisang menyerupai mobil. Sebelumnya kita potong- potong pelepah dan gedebog pisang sesuai ukuran dan kebutuhan, kemudian kita kait -- kaitkan dengan sapu lidi atau tusuk sate dari bambu.

Kemudian untuk rodanya  biasanya saya menggunakan kulit jeruk Bali atau dari sandal bekas yang di bentuk bulat -- bulat. Sedangkan untuk membuat kapal -- kapal hanya kita buat menyerupai rakit, yang terbuat dari potongan -- potongan pelepah pisang yang saling dikait -- kait dengan pengait sapu lidi atau tusuk sate bambu, tetapi yang terpenting yang perlu diperhatikan dalam  membuat kapal- kapalan adalah soal beratnya, sesuai dengan hukum berat jenis, bahwa berat jenis kapal -- kapalan tidak boleh melebihi berat jenis air.

Sebagai asesoris biasanya saya beri bendera, yang terbuat dari lidi yang  diujung ditempel kertas krep atau kertas lainnya, sesuai selera masing -- masing anak.  Proses yang tersulit dari membuat kapal -- kapalan ini adalah uji coba, apakah kapal -- kapalan ini bisa mengapung di air atau tidak.

Sedangkan untuk membuat kuda lumping, caranya tinggal memanfaatkan pelepah pisang yang panjang, kemudian tinggal ditekuk -- tekuk, disesuaikan dengan ketinggian anaknya sebagai ukurannya, kemudian dibentuk kepala dan ekornya, setelah itu diberi tali dari gedebog pisang. Sudah jadilah kuda lumping . Mudah kan.

Mengapa pada zaman old, dalam membuat mainan edukatif untuk anak, pilihannya menggunakan bahan baku dari alam di sekitar kita. Alasannya, pertama, karena bahan bakunya mudah di dapat dan merupakan sampah yang tidak terpakai lagi.

Kedua, agar kita lebih akrab dengan alam, karena semua bahan baku tidak berbahaya, aman bagi anak, ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek samping bagi anak.  

Ketiga, ada makna filosofi yang terkandung di dalamnya. Menurut orang  Jawa, pohon memiliki falsafah hidup yang luar biasa yaitu Migunani marang liya. Bermanfaat bagi orang lain. Pohon pisang akan mati, setelah berbuah sampai masak dan siap dipetik.

Jadi dari pohon pisang, kita bisa banyak belajar tentang falsafah  hidup yang bermanfaat bagi orang lain dan regenerasi kehidupan. Makanya tak heran,  jika semua yang ada dalam diri pohon pisang, semuanya berguna bagi manusia dan alam sekitarnya.

Pertama, Buahnya bisa kita konsumsi sebagai camilan sehari -- hari yang rasanya manis dan teksturnya empuk. Kedua, daun pisang bisa digunakan sebagai lemek (lapisan bawah) semua makanan, pembungkus dan wadah makanan yang dibuat kecil-kecil yang ditunjukkan ketika ada warga yang hajatan, syukuran atau kenduri.

Ketiga, pelepah dan gedebog pisang dapat dimanfaatkan sebagai mainan edukatif untuk anak, yang aman untuk anak , ramah lingkungan, murah meriah (alias gratis) dan mudah untuk mendapatkannya, hampir di semua desa ada. Bahkan saat ini, kedebok pisang yang sudah dikeringkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat kerajinan tangan (handycraft).

Keempat, Inti batang pisang ( isi dari gedebog pisang) bermanfaat sebagai campuran pakan ternak. Bahkan saat ini, banyak diproduksi  sebagai camilan, ada juga yang dimanfaatkan sebagai makanan obat. Kelima, jantung pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat sayuran atau oseng -- oseng jantung pisang yang rasanya enak dan unik di lidah.

(Gedangan, 29 Juli 2021, Memory Pohon Pisang -- JUNAEDI, S.E.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun