Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bersama Kompasiana Mengglobalkan Wisata Desa

30 Oktober 2014   16:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:10 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_332082" align="aligncenter" width="300" caption="Gunungan Durian dalam Kenduri Durian di Jombang"]

14146337732079647530
14146337732079647530
[/caption]

Dengan komoditas durian ini pula, di Wonosalam setiap tahun diadakan acara bertajuk “Kenduri Durian” yang diadakan setiap panen raya durian (bulan desember-maret). Tujuan utamanya tentu saja untuk memperkenalkan produk unggulannya dan pariwisatanya yang jelas tertera dalam tema-tema yang diangkat, misalnya tema pada Kenduri Durian 2012, yaitu Exibition, Tourism, Conservation, dan Education. Dua tulisan repostase pada Kenduri Durian 2012 dan 2013, dengan judul Ken-Duren Wonosalam, Semara Kenduri Durian di Jombang dan Festival Kenduri Durian Wonosalam: Seru, Unik, dan Fantastik! menjadi cara saya untuk mengenalkan dan menggobalkan potensi lokal desa saya. Kalau mau berkunjung dan berburu durian Wonosalam bisa mengikuti rute yang telah posting di sini.

Selain dari kampung halaman sendiri, tetapi masih di Jombang, event tahunan “Unduh-Unduh" juga menjadi perhatian saya. Event ini unik dan menarik sekaligus menjadi jujugan banyak wisatawan. "Unduh-Unduh, Tradisi Kristen di Kota Santri" ini biasanya diadakan pada bulan mei untuk menyambut datangnya musim panen. Unduh-unduh merupakan puncak dari rangkaian kegiatan pertanian masyarakat (Kristen) wilayah Kecamatan Mojowarno. Tradisi ini dilaksanakan sejak tahun 1881 atau sudah lebih dari 130-an tahun yang lalu dan dipusatkan di GKJW Mojowarno, yang merupakan salah satu gereja tertua di Pulau Jawa.

[caption id="attachment_332079" align="aligncenter" width="300" caption="Unduh-Unduh, Tradisi Menjelang Pesta Panen di Jombang"]

1414633191140476167
1414633191140476167
[/caption]

Tak hanya umat Kristen (Protestan) yang menyaksikan acara ini, banyak warga non-kristiani juga menyaksikan acara ini. Bahkan, sejak seminggu sebelum acara ini digelar, juga diadakan pameran atau bazar di lapangan sebelah bangunan gereja, yang pesertanya dari masyarakat umum, bahkan didominasi dari para pelaku UMKM muslim yang ada di Jombang. Tentu ini sebuah “dialog ekonomi” dan “dialog sosial” yang baik di antara pemeluk agama yang berbeda yang patu diapresiasi dan disebarluaskan.

Selain itu ada beberapa lokasi wisata dan kuliner khas yang sempat saya tulis di kawasan Jombang ini. Mulai dari wisata religi seperti Gereja Tua Mojowarno, atau  Makam Gus Dur yang tak pernah sepi dari pengunjung atau peziarah, Nasi Kikil Mojosongo, Soto Dok yang telah menjadi makanan khas daerah, Pecel Rengkek yang sederhana tapi mempesona, Bakso Nuklir yang legendaris, sampai bakso dengan nama-nama unik senjata militer. Kuliner khas di beberapa kota sekitar Jombang, saya juga sempat mengabadikannya. Sebut saja sajian penganan Ayam Kampus di Malang yang murah meriah, atau Bakso Cak Kar yang rasanya mencakar-cakar dan meledak dengan bakso merconnya. Atau bagaimana sajian Pecel Madiun Langganan SBY di Madiun yang flamboyan sampai menjadi jujugan mantan Presiden SBY kala pulang kampung atau kunjungan ke Jawa Timur. Dan tak ketinggalan salah satu sajian dari Sulawesi yang mempunyai nilai sejarah menarik, Bubur Manado, "Menu Krisis" yang Menabur Cita Rasa Eksotis.

Menariknya, dengan tulisan-tulisan itu saya seringkali mendapat respon atau tanggapan dari orang-orang yang ingin tahu lebih jauh atau sekadar mengucap terima kasih karena saya telah berkunjung dan mengapresiasi daerahnya dengan tulisan. Mereka mengirim pesa itu lewat email dan inbok di kompasiana. Bahkan ada yang lebih "seru" lagi dan membuat saya terkaget-kaget (awalnya), gegara tulisan di blog, saya sempat dihubungi dan dimintai pertanggungjawaban oleh seorang lelaki yang istrinya sedang hamil. Kisah ini saya abadikan dalam postingan dengan judul "Gara-gara Ngeblog, Saya Dimintai Pertanggungjawaban oleh Seorang Laki-Laki yang Istrinya sedang Hamil!"

Demikianlah saya dan tulisan seputar jalan-jalan atau kuliner saya di kompasiana. Sebenarnya ada beberapa perjalanan sederhana ke desa-desa dan menikmati makanan sederhana di nusantara yang unik dan ingin saya tuliskan. Sayangnya sebagian hanya sebatas draft dan angan-angan belaka akibat (sok) sibuk dengan aktivitas lain. Sekali lagi entah mengapa desa seringkali menjadi menjadi obyek tulisan saya dan perjalanan saya. Mungkin saya yang dari desa, maka desa menjadi salah satu sumber inspirasi, inspirasi sikap hidup dalam kesederhanaan dan kebersahajaan, termasuk juga inspirasi dalam menulis. Pun demikian, ada belasan tulisan saya yang pernah nangkring di Kompas dengan fokus dan lokus desa. Tak ada maksud lain dalam menuliskan tentang desa, kecuali sebagai salah satu cara “berkhidmat” pada desa, cara menumpahkan kerinduan pada desa, sekaligus (mungkin) cara untuk mengglobalkan nilai-nilai lokal desa, mengglobalkan wisata desa dengan kelokalannya. Siapa lagi yang berkhidmat pada desa, siapa lagi yang merindu desa, jika bukan para penghuninya sendiri. Bahkan kompasiana sendiri mengapresiasi 10 kompasiner yang menulis tentang desa dengan ulasan dan reviewnya pada akhir tahun 2013 lalu.

[caption id="attachment_332069" align="aligncenter" width="300" caption="Alexa Traffic Ranks Kompasiana (30/10/2014)"]

1414630251107801944
1414630251107801944
[/caption]

Dan terakhir saya percaya bahwa bersama kompasiana dengan popularitasnyayang terlacak di alexa, yang saat saya menulis artikel ini berada pada peringkat 38 dan global rank 1.500 dan kekuatan Search Engine Optimaziton-nya, bisa menjadi sarana yang efektif untuk mengglobalkan nilai-nilai lokal desa, mengglobalkan wisata desa, memperkenalkan desa pada dunia. Semoga!

*Semua foto-foto adalah dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun