Mohon tunggu...
Jumino windhandini
Jumino windhandini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang ingin selalu tersenyum hingga saatnya tiba

Seorang yang ingjn selalu tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemarau dan Kelakar "Kutukan Perawan"

16 Juli 2018   19:47 Diperbarui: 16 Juli 2018   20:00 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim kemarau telah tiba. Sebagaimana prediksi BMKG yang melaporkan bahwa diwilayah Indonesia awal musim kemarau akan dimulai antara bulan April-Juni dengan puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan antara Agustus--September. Diperkirakan juga bahwa musim kemarau pada tahun 2018 ini akan membawa implikasi positif bagi sektor pertanian (lebih kondusif) karena ketiadaan fenomena el nino.

Secara empiris, fenomena el nino terjadi karena suhu di pasifik equator timur menjadi lebih panas dari kondisi normalnya. Hal ini menyebabkan konveksi banyak terjadi didaerah tersebut yang menyebabkan curah hujan meningkat. Banyaknya konveksi menyebabkan masa udara berkumpul kewilayah pasifik ekuator timur. Termasuk masa udara di Indonesia sehingga curah hujanya berkurang bahkan dibeberapa wilayah menyebabkan bencana kekeringan.

Di Indonesia, fenomena el nino yang terjadi mashur dengan penyebutan musim kemarau panjang (ketigo dowo = Bahasa Jawa). Merupakan sebuah gejala alam yang tidak dapat terelakan dan mempunyai siklus tahunan 3--4 tahun sekali. Kemunculanya dapat diprediksi sehingga dapat mengurangi dampaknya. Sebagaimana ditahun 2015 silam, el nino telah memberikan dampak berupa bencana musim kemarau yang berpanjangan sehingga memicu mundurnya musim penghujan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), krisis air bersih hingga meningkatnya wabah penyakit. Dari dampak tersebut lebih dari 2 trilyun uang negara dialokasikan untuk menghadapi fenomena ini.

Namun demikian, ketiadaan el nino bukan berarti terbebas dari bencana kekeringan. Dibeberapa daerah, bencana kekeringan tetap menjadi ancaman terutama pada daerah yang telah mengalami kekeringan hidrologis. Kekeringan hidrologis adalah kekeringan yang berkaitan dengan pasokan air permukaan dan air tanah. Bencana ini dapat dengan mudah diketahui melalui elevasi muka air sungai, waduk danau maupun muka air tanah.

Penyebab kekeringan ini terutama adalah gundulnya tanah didaerah tangkapan atau daerah resapan air. Hal ini banyak disebabkan oleh ulah manusia seperti penjarahan hutan maupun penebangan pohon yang tidak mengindahkan aturan. Gundulnya tanah didaerah resapan ini menyebabkan berkurangnya resapan air kedalam tanah (infiltrasi). Kondisi ini berpengaruh terhadap berkurangnya mata air dari dalam tanah.

Kelakar Kutukan Perawan

Beberapa masyarakat sering berkelakar dengan mengaitkan kemarau berkepanjangan terutama yang disebabkan fenomena  el nino atau dengan adanya sebuah kejadian asusila yang terjadi disuatu tempat. Tepatnya hamil diluar ikatan yang sah dan sering diistilahkan dengan perawan meteng (perawan yang sedang hamil). Seperti sebuah kutukan, jika masyarakat pada suatu kampung merasakan penantian hujan yang tidak kunjung turun maka masyarakat akan terus berkelakar "wah.....iki ono prawan meteng iki" (wah....ini ada prawan hamil).

Sebuah fenomena kelakar yang mungkin tiada harus kita tau cari bukti maupun faktanya karna memang kita tidak mau dicap mencari-cari masalah atau  biang gosip ditengah hidup bermasyarakat. Atau bahkan melakukan penelitian empiris (misal = tugas akhir) akan signifikasi kuantitatif hubungan maupun pengaruh antara fenomena kemarau yang panjang dengan keberadaan perawan meteng. Dapat langsung dipastikan sebelum ditolak pembimbing akan terlebih dahulu di-guyu pithik (ditertawakan ayam).

Namun demikian, kelakar tentang kutukan perawan yang ada dan berlaku dalam suatu masyarakat mungkin bukanlah pernyataan yang bebas nilai. Layaknya sebuah mitos yang biasanya mengandung nilai-nilai luhur yang menyangkut tentang ajaran moral, harga diri, jati diri, kerja keras, tegang rasa, dan sebagainya. Dengan kata lain merupakan nilai-nilai yang sangat baik ditanamkan dalam kehidupan kita.

Terlebih kita mengakui bahwa masyarakat tradisional masa silam menggunakan metode cerita  (tutur-tinular) sebagai sebuah pengajaran terutama budaya yang sangat selaras dengan alam. Metode yang  sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu yang kemudian diteruskan dari generasi ke generasi. Walaupun, telah banyak mengalami distorsi dalam penyampaiannya sehingga bias untuk diketahui kebenarannya. Namun, rasanya tidak akan cukup dapat mengurangi maupun menghilangkan nilai nilai yang tersirat di dalam sebuah mitos.

Dibeberapa tempat keberadan mitos bahkan telah menjadi media ampuh sebagai sarana pembinaan terutama menyangkut isu tentang lingkungan. Sarana yang kiranya lebih banyak bersifat preventif atau pencegahan yang berfungsi layaknya sistem pengendalian sosial yang dapat mewujudkan kehidupan yang tenteram, berkesatuan, dan harmonis. Dan mungkin termasuk cerita tentang adanya kutukan perawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun