Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Modus Acting Ala Pencopet

5 November 2013   10:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:34 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1383622130520850583

[caption id="attachment_299499" align="aligncenter" width="360" caption="COPET BERAKSI (Ilustrasi Gambar : Arya Panji Dwiputra) "][/caption]

Oleh : J. Haryadi

Copet adalah profesi yang banyak dibenci orang. Entah sudah berapa banyak orang yang menderita akibat ulah para pencopet. Mereka menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. Korbannya menderita kehilangan uang dan surat-surat berharga seperti SIM, KTP, Passport dan sejenisnya. Sayangnya, hanya sedikit yang melaporkan kejadian ini, karena para korbannya biasanya malas berurusan dengan polisi. Mereka takut kena istilah “lapor kehilangan kambing, malah jadi kehilangan sapi”.

Penulis sendiri pernah mengalami kecopetan. Untungnya, ulah para pencopet tersebut justru tertangkap basah oleh penulis. Komplotan ini akhirnya minta maaf dan masalahpun lenyap begitu saja. Kejadian yang penulis alami cukup unik dan  akan penulis sharedisini agar pembaca bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut sehingga bisa mengantisipasinya.

Pada Sabtu, 19 Oktober 2013, penulis sedang berbelanja peralatan konveksi di seputar Jalan Oto Iskandar Dinata (Otista) Bandung. Saat itu penulis baru saja menyeberang jalan di prapatan lampu merah, ujung Jalan Asia-Afrika dan Jalan Otista, mengarah dari Selatan ke Utara (mengarah ke Pasar Baru Trading Center Bandung).

Saat itu penulis berjalan agak tergesa-gesa karena memang sedang dikejar waktu. Persis ketika penulis berada di depan sebuah toko yang ada di pojok prapatan jalan tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang secara spontan memeluk kaki penulis dengan erfat sambil mengiba-iba, dengan gaya seolah-olah orang yang tidak waras.  Sementara tangan yang satunya lagi menggosok-gosokkan sapu tangan ke sepatu penulis. Tentu saja penulis kaget dan segera berhenti sambil  memandang ke arah pria tersebut.

Apa-apan ini ?  Lepaskan kaki saya !” hardik penulis kepada pria itu.

Pria itu tampaknya tidak peduli dengan bentakan penulis. Dia terus merengek-rengek  sambil mulutnya mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas, sehingga membuat penulis bingung. Belum hilang kekagetan penulis, tiba-tiba dari arah depan ada seseorang yang menabrak tubuh penulis. Kontan penuls menoleh kearahnya. Tanpa sengaja, penulis melihat tangan pria yang menabrak tersebut sudah berada di kantong baju penulis sambil memegang handphone yang ada didalamnya. Secara repleks penulis langsung memegang tangan pria itu.

Mau mencopet ya ?” bentak penulis kepada pencopet yang apes tersebut.

Suasana jadi heboh karena memang dijalan itu banyak orang berlalu lalang. Melihat situasi yang kurang menguntungkan, sontak pencopet itu minta maaf kepada penulis.

Aduh ..maaf pak ...maaf pak, saya ngaku salah,” kata pencopet itu terbata-bata.

Terus terang, situasi penulis saat itu sangat dilematis. Kaki penulis yang sebelah kanan sedang dipegang pria misterius yang sedang menggosok-gosokkan satu tangannya ke sepatu penulis, sementara pria pencopet sedang ribut dengan penulis. Disisi lain, penulis juga sedang terburu-buru karena harus mengirim barang belanjaan sore itu ke bis dan waktunya juga sudah mepet. Kalau penulis melaporkan pria ini ke polisi, pasti urusannya panjang dan bisa mengganggu urusan utama penulis.

Penulis lalu memutuskan melepas tangan pencopet yang tertangkap basah tersebut. Pria berumur sekitar 40 tahunan, berpakaian kemeja dan berperawakan sedang tersebut terus minta maaf sambil kedua tangannya disatukan seperti posisi orang yang sedang menyembah. Penulis langsung sadar kalau pria ini pasti berkomplot dengan pria yang sedang memegang kaki penulis.

Anda berdua berkomplot ya ? lepaskan kaki saya !” kata penulis dengan nada tinggi kepada pria misterius yang masih memegang kaki penulis.

Pria itu sontak melepaskan pegangannya dan mulai mundur ketakutan. Penulis lalu memarahi kedua pria tersebut, “Anda salah orang. Anda pikir saya pendatang baru ya ? Pekerjaan anda ini meresahkan masyarakat. Jangan diulangi lagi ya ! Atau anda saya laporkan ke Polisi ?

Pria yang tadi ketangkap tangan terus mengiba-iba kepada penulis sambil berjalan menjauh, seraya berkata, “Maaf pak ....maafkan saya. Saya salah orang pak .....Saya tidak akan mengulanginya lagi pak ....

Mungkin karena saya terus memarahi kedua pria tersebut, salah seorang anggota komplotannya mendekati saya. Pria bertubuh tegap, berpakaian rapi dan bertubuh agak tinggi itu membisikkan sesuatu ke telinga penulis dengan nada lembut namun penuh ancaman, “Sudah pak, pergi saja .....kami monta maaf, toh barang bapak tidak ada yang hilang.”

Penulis mulai berpikir, mereka pasti lebih dari tiga orang. Sementara masyarakat seakan tidak ada yang peduli. Mereka hanya menonton kejadian tersebut, tetapi tidak ada yang melakukan tindakan apapun. Penulis menyadari, kalau tetap ngotot, teman-temannya pasti tidak tinggal diam. Akhirnya penulis berpikir untuk menyudahinya.

Lihat wajah saya ....perhatikan baik-baik. Saya juga mitra polisi. Jangan macam-macam dengan saya. Kalau sampai anda ulangi, saya tidak akan ampuni perbuatan anda,” kata penulis sambil menunjuk ke wajah sendiri, dengan maksud agar mereka mengingat wajah penulis.

Baik pak ....baik pak ....maaf ya pak, kami benar-benar salah orang pak ...maafkan kami pak,” kata salah seorang dari mereka. Saya pun  kemudian berlalu dari sana dan meneruskan urusan saya lainnya yang belum selesai.

Modus Para Copet

Banyak sekali cara yang dilakukan para pencopet untuk mengalihkan perhatian calon korbannya. Kisah penulis diatas merupakan salah satu modus operandi mereka. Masih banyak modus-modus lainnya yang sering dilakukan dan perlu kita waspadai, diantaranya adalah :

1.Pura-pura muntah

Biasanya kejadian ini dilakukan di dalam angkutan kota (angkot). Mula-mula para pencopet mengincar angkot yang berpenumpang sedikit, terutama wanita remaja atau ibu-ibu. Mereka umumnya bertiga, lalu naik angkot yang sudah diincarnya bersama-sama. Dua orang duduk mengapit calon korbannya dan salah seorang komplotan duduk didepannya.

Modusnya, salah seorang dari mereka yang duduk dihadapan calon korbannya pura-pura muntah, sehingga membuat calon korbannya memperhatikannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh kedua temannya untuk mengambil apa saja yang ada di saku atau tas calon korbannya. Jika aksi mereka berhasil, ketiganya segera turun dari angkot. Biasanya korban baru menyadari kalau dirinya kecopetan setelah berada jauh dari lokasi tempat turun ketiga komplatan tersebut.

2.Pura-pura tertabrak

Modus ini biasanya dilakukan didalam bis kota yang padat. Komplotan ini memilih sasarannya, lalu salah seorang pura-pura tertabrak calon korbannya sehingga sesuatu yang dibawanya terjatuh.

Umumnya calon korban kaget dan berusaha membantu mengambil sesuatu yang terjatuh tersebut sambil menunduk. Copet penabrak lalu mengambil benda tersebut sambil mengajak calon korbannya bercakap-cakap. Kesempatan ini  tidak disia-siakan rekan pencopet yang berada dekat dengan korbannya untuk mengambil apa saja yang bisa diambil dari saku atau tasnya, lalu memberikan barang jarahannya ke teman-temannya secara estapet. Teman pencopet yang berada paling belakang akan segera turun duluan dari bis sambil membawa hasil jarahannya.

3.Memepet tubuh korban

Modus ini termasuk kuno dan masih lestari sampai sekarang. Lokasi kejadiannya bisa dimana-mana, yang penting dikeramaian. Misalnya dalam kereta api, bis, antrian tiket, menonton pagelaran musik, menonton pertandingan olah raga dan lain-lain. Cara yang dilakukan pencopet yaitu dengan cara berdesak-desakan, memepet tubuh calon korbannya dan mencopetnya, sehingga calon korbannya tidak menyadari kalau isi kantong celananya sudah raib berpindah tangan.

4.Menyobek tas

Kejadian ini sering terjadi di pusat perbelajaan yang ramai. Biasanya dilakukan secara individu. Pertama, pencopet mencari dulu targetnya. Misalnya wanita yang membawa tas yang digantungkan dipundaknya atau orang yang sedang membawa tas gendong.

Setelah menentukan calon korbannya, pencopet akan mengikuti terus kemana perginya. Ketika calon korbannya akan berbelanja di toko yang ramai, pencopet pun mulai beraksi. Dia akan mendekati calon korbannya sambil membawa silet yang tajam. Ketika momennya tepat, misalnya calon korbannya sedang menawar barang, dia lalu dengan cepat merobek tas calon korbannya dengan silet tersebut dan mengambil barang berharga yang ada di dalamnya. Setelah berhasil, dia akan berusaha menjauh dari korbannya.

5.Pura-pura kenal

Pencopet melakukan aksinya berdua. Biasanya ini dilakukan dijalan yang tidak terlalu ramai. Salah seorang berjalan dari arah berlawanan dengan calon korban dan salah seorang mengikuti calon korbannya dari belakang. Ketika sudah dekat, pencopet yang berada di depan calon korban akan menyapanya seolah-olah kenal. Karena bingung, calon korban biasanya berhenti dan berpikir sejenak. Kemudian calon korban mengatakan kalau dirinya lupa atau tidak mengenalnya. Ketika sedang mengobrol itulah rekan pencopet yang satunya lagi segera beraksi menguras isi kantong atau tas yang dibawa calon korbannya. Setelah aksi berhasil, pencopet yang sedang mengobrol akan minta maaf dengan mengatakan bahwa dia salah orang.

Tips Agar Terhindar Dari Copet

1.Sebelum bepergian ke tempat yang ramai, pastikan anda sudah membaca doa keselamatan sesuai dengan agama dan kepercayaan anda masing-masing.

2.Jika anda beragama Islam, ketika dalam perjalanan, jangan lupa sering berzikir atau membaca dalam hati beberapa ayat suci Al-Qur’an, misalnya surat Al-Fatiha. Perbuatan ini juga bisa menghindarkan anda dari aib serta mara bahaya.

3.Jika dijalan bertemu dengan orang yang layak dibantu, misalnya anak jalanan, tuna wisma, pengemis, orang buta, pemulung, tukang sampah atau pembersih jalanan, segera berikan sedekah kepada mereka sesuai dengan kemampuan anda dengan ikhlas. Doa mereka akan menghindarkan diri anda dari berbagai musibah.

4.Khusus untuk kaum wanita, ketika bepergian sebaiknya jangan menyimpan dompet dalam tas anda. Lebih baik dompet selalu dalam genggaman anda. Ketika sedang berada dalam keramaian, seperti misalnya di mall, sebaiknya posisi tas berada di depan sambil dipegang dengan sebelah tangan.

5.Bagi pria yang sering menyimpan dompet di saku celana belakang, sebaiknya sering mengecek dompetnya dengan cara meraba-raba keberadaanya. Kalau perlu, posisi dompet dipindahkan saja ke kantong depan untuk sementara. Memang terasa kurang nyaman, tapi demi keamanan sebaiknya hal ini anda lakukan.

6.Jika membawa tas gendong, harus waspada terhadap orang yang ada disekitar anda, terutama orang yang ada di belakang. Ketika sedang berdiri, sekali-kali putar tubuh anda ke arah yang berlainan. Ketika sedang berjalan, sekali-kali menengok ke belakang untuk mengontrol kondisi disekeliling anda, sehingga bisa mengantisipasi jika ada sesuatu yang mencurigakan.

7.Jangan mudah terkecoh dengan kejadian spontanitas yang berada dihadapan anda, apapun bentuknya. Anda juga jangan mudah percaya dengan orang lain yang baru anda kenal dan sebaiknya selalu bersikap waspada.

Semoga bermanfaat.

***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun