Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jika Aku Presiden, Kujadikan Hutan sebagai Istanaku

2 Maret 2014   16:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : J. Haryadi

Aku sangat sedih dengan pemimpin bangsaku yang tidak mengerti bagaimana mengelola aset negara yang telah diberikan Tuhan untuk dikelola oleh mereka.  Aku juga sedih dengan bodohnya rayat Indonesia yang berlomba-lomba bekerja dikota sehingga kota penuh sesak dengan jutaan manusia. Aku juga sedih semakin banyaknya anak bangsa yang menjadi kuli dinegara lain, demi alasan perut dan sesuap nasi. Parahnya lagi, pemerintah kita justru bangga mengekspor rakyatnya demi menjadi "budak" di negara asing demi alasan devisa bagi negara.

Akibatnya, desa menjadi sepi dan tidak ada gairah untuk bekerja dikampung sendiri apalagi merasa bangga menjadi orang kampung. Para pemuda justru bangga merantau ke kota, walau hanya kerja sebagai kuli, buruh pabrik, pedagang asongan, pedagang kaki lima atau terpaksa menjadi pengemis atau preman jalanan. Sementara para wanita merantau ke kota dengan alasan ingin bekerja sebagai buruh pabrik, pembantu rumah tangga, pegawai restoran  tetapi banyak yang terjebak menjadi pemandu lagu di klub malam, menjadi tukang pijat plus-plus bahkan tidak sedikit yang terdampar dalam kehidupan kelam sebagai pelacur alias PSK.

Profesi memalukan yang harus dialami oleh sebagaian besar rakyat Indonesia tidak seharusnya terjadi kalau banyak pemimpin di negeri ini yang amanah menjalankan tugasnya. Faktanya, ketika mereka sudah duduk sebagai pemimpin, baik itu sebagai Bupati, Walikota, Gubernur bahkan Presiden, mereka jadi lupa dengan rakyatnya sendiri. Para pemimpin itu dengan kroninya justru ramai-ramai membajak harta negara untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Rakyat yang dulu memilih mereka dan ikut menjadikan mereka sebagai pemimpin ternyata hanya puas sebagai penonton dan tidak bisa berbuat apa-apa. Suara keluhan, rintihan bahkan teriakan rakyat jelata hanya terdengar sampai ke ujung jalan, hanyut terbawa angin mamiri.

Pemimpin kita mungkin lupa, pura-pura tidak tahu atau memang bodoh ? Bukankah orang menyebut negeri kita sebagai zambrut khatulistiwa ? Negeri kita sangat kaya dengan berbagai sumber daya alam seperti hewan, tumbuhan, mikroorganisme, minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, batu, air dan hutan. Lantas bagaimana mungkin bangsa ini banyak yang masih hidup miskin ? Bukankah itu semua merupakan aset negara yang bisa dikelola  sehingga bisa membuat rakyat Indonesia sejahtera ?

Saya tidak perlu membahas semua sumber alam tersebut, melainkan salah satunya yaitu hutan. Saya melihat begitu bobroknya penanganan hutan di Indonesia, padahal kita ini katanya banyak pakar dan ahli dibidang itu. Tetapi kenyataannya, kemana perginya para ahli hutan kita ? Atau mereka sudah berteriak dan memberikan masukan kepada para pemimpin, namun tidak didengar oleh pemimpinnya ?  Wallahu a'lam bishawab !

Hanya sekedar mengingatkan, betapa carut marutnya pengelolaan hutan di Indonesia. Kita bisa melihat kerusakan hutan yang diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang salah. Akibatnya banyak terjadi penebangan hutan, baik yang resmi dan dilakukan oleh para pengusaha yang telah memperoleh hak pengelolaan hutan, maupun pembalakan liar yang dilakukan oleh masyarakat.

Negara kita merupakan salah satu negara dengan hutan tropis alami terbesar di dunia. Ironisnya, justru Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Hal yang paling memalukan, prestasi buruk ini justru tercatat dalam Gueniess Book of Record.  Berdasarkan data yang saya ketahui, sekitar 2% dari total hutan keseluruhan di Indonesia menghilang setiap tahunnya.

Hampir dipastikan kerusakan terbesar hutan tropis di Indonesia adalah akibat kegiatan ekonomi yang  dilakukan oleh para pengusaha, terutama perusahaan penghasil minyak kelapa sawit dan kertas. Para pengusaha ini hanya melihat dari sektor ekonomi yang sangat menguntungkan, namun kurang memperhatikan keberlangsungannya. Ibarat pepatah "habis manis sepah dibuang".

Hingga saat ini, dari total luas hutan Indonesia yang mencapai 120,35 juta ha, sebanyak 33%, atau setara dengan 43 juta ha telah dijarah oleh manusia dan tidak memiliki tegakan pohon lagi. Kondisi ini sangat memprihatinkan, padahal manusia sesungguhnya sangat membutuhkan hutan tropis ini sebagai salah satu paru-paru dunia.

Jika saya menjadi presiden Indonesia, tentu hal ini tidak akan pernah terjadi. Saya akan evaluasi semua kerjasama pemerintah dengan para pengusaha yang jelas-jelas tidak menjalankan fungsinya dalam memelihara hutan yang menjadi tanggungjawabnya. Kalau memang mereka melanggar, tentu kerjasama segera dihentikan dan kalau memang perlu para pengusaha tersebut dimejahijaukan. Tanah lalu dikelola oleh pemerintah dan sebagian dikelola oleh masyarakat dengan beberapa ketentuan yang menguntungkan kedua belah pihak tanpa harus merusak habitatnya.

Beberapa kebijakan saya di sektor kehutanan yang pro rakyat,  jika saya menjadi Presiden Republik Indonesia adalah :

1. Mengevaluasi semua kebijakan di sektor kehutanan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah sebelumnya.  Jika terdapat banyak kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat serta menyebabkan  kerusakan hutan, maka saya akan mengeluarkan revisi dan mengubahnya dengan kebijakan baru yang lebih baik. Contohnya masalah kebun sawit yang sangat merugikan bangsa Indonesia karena banyak merusak hutan yang sebenarnya nilainya jauh lebih tinggi dngan hasil dari industri sawit. Oleh sebab itu saya akan membatasi luas kebun sawit di Indonesia dan masing-masing daerah akan diberi kuota yang disesuaikan dengan luas hutan di daarah tersebut.

2. Membuat tim khusus kepresidenan yang bertugas mempelajari kondisi hutan di Indonesia. Tim ini akan mendata semua jenis tanaman dan hewan yang ada di semua hutan tersebut, termasuk kondisi tanah, air dan kelembaban udaranya. Tujuannya adalah untuk melihat sampai sejauh mana potensi sumber daya alam yang berasal dari hutan tropis di Indonesia. Tim ini juga bertugas melakukan study banding pengelolaan hutan di negara lain sekaligus mencari informasi kebutuhan negara-negara lain terhadap produk tanaman tertentu yang bisa dikembangkan di Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Misalnya tanaman pangan, obat-obatan, kosmetik dan lain-lain yang sangat dibutuhkan oleh industri negara lain.

3. Tim khusus kepresidenan ini juga bertugas mendata semua lahan tandus, lahan rusak akibat penebangan liar, lahan rusak akibat penambangan dan lahan-lahan terbengkalai yang menjadi hutan belukar. Semua lahan ini nantinya akan dijadikan hutan kembali dengan berbagai jenis pohon langka dan tanaman lainnya yang bernilai ekonomi tinggi.

4. Tim khsusus kepresidenan ini juga bertugas membangun sebuah database dan sistem informasi yang canggih tentang  hutan kita beserta potensi yang ada di dalamnya. Software ini nantinya akan memantau setiap perkembangan yang terjadi terhadap habitat hutan di Indonesia yang bisa dipantau melalui satelit. Melalui software ini pula bisa dipantau semua transaksi bisnis yang berkaitan dengan hasil hutan di Indonesia.

5. Setelah mempelajari hasil laporan tim khsusus kepresidenan, saya akan mengumpulkan semua gubernur se Indonesia. Para gubernur saya perintahkan untuk bekerjasama dengan Kementrian kehutanan membangun lahan negara yang terbengkalai atau rusak agar dihutankan kembali. Disamping itu, para gubernur juga diminta bekerjasama dengan rakyat dan para pengusaha untuk menanam tanaman tertentu yang dibutuhkan oleh negara lain.  Sementara Saya juga memerintahkan kepada Menteri Perdagangan agar membantu masyarakat dan pengusaha dalam memasarkan produk yang dibutuhkan oleh negara lain tersebut. Jadi, setiap tanaman industri yang ditanam oleh masyarakat tidak ada yang sia-sia, karena sejak awal masyarakat sudah diberi tahu SOP (System Operational and Procedur) cara menanamnya, standar kualitasnya, harga jualnya, dan sebagainya.

6. Setiap provinsi menanam tanaman hutan maupun tanaman industri yang berbeda, sesuai dengan kondisi tanah dan alamnya. Setiap provinsi diberi kuota untuk menanam tanaman komoditas industri yang dibutuhkan, baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk pasar luar negeri, sehingga efektif dan efisien.

7. Saya akan jadikan hutan sebagai istana yang bisa membuat sejahtera bangsa Indonesia. Sebagai ilustrasi, saya mempunyai seorang sahabat yang bisa hidup makmur hanya dengan berbisnis anggrek. Teman saya tersebut mencari anggrek hutan langka yang ada di hutan, lalu mengembangbiakkannya. Dari hasil usahanya tersebut dia bisa hidup berkecukupan.  Kalau dia mau membeli mobil, dia cukup menjual 3 jenis anggrek langka ke pasar luar negeri dengan kisaran harga Rp.3o juta - Rp. 65 juta perbatang. Sementara koleksinya saat ini sudah lebih dari 1000 batang. Itu dari satu jenis tanaman hutan, masih banyak tanaman hutan kita yang bernilai ekonomi tinggi jika dijual ke luar negeri. Bisa dibayangkan kalau hutan kita dirawat dengan baik dan diisi dengan tanaman yang bernilai tinggi, misalnya tanaman pohon gaharu untuk bahan kosmetik yang sumbernya banyak terdapat di hutan-hutan di Indonesia. Harga getah pohon gaharu konon bisa mencapai Rp.5 -20 juta per kg. Tanaman lainnya misalnya getah papain (pepaya) yang harga jualnya bisa mencapai Rp.300 ribu per kg.  Getah pepaya ini bisa dipakai sebagai pelembut daging, bahan kosmetik dan obat-oabatan. masih banyak jenis tumbuhan lainnya yang bernilai tinggi yang banyak tumbuh dan bisa ditanam di Indonesia.

Kalau kita bisa menjadi kaya dari hutan, mengapa kita harus harus hidup miskin ? Kalau kita bisa kaya dari hutan, mengapa kita harus mengekspor tenaga kerja dan jadi kuli di luar negeri ? Kalau kita bisa kaya dari hutan, mengapa kita harus korupsi ?

Mari kita selamatkan hutan Indonesia dan mulai berpikir tentang kejayaan Indonesia dengan cara mengelola hutannya dengan benar dan beradab.

Semoga bermanfaat

***

Laju dan Penyebab Deforestasi Indonesia, diakses dari  website Cifor, (http://www.cifor.org/publications/pdf_files/occpapers/op-09i.pdf)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun