Mulai dari curhat
Salah satu cara termudah menulis dengan menggunakan metoda curhat. Hampir semua orang suka curhat tentang perasaanya kepada orang lain. Namun, curhat yang dimaksud disini adalah curhat positif. Misalnya kita menulis tentang pengalaman hidup di masa lalu. Bisa juga tentang kejadian yang belum lama terjadi dan ada manfaatnya bila kita share ke orang lain.Â
Tentu lebih mudah menulis sesuatu yang pernah kita alami, sebab semuanya sudah ada dalam memori. Saat menulisnya, samakan saja ketika kita sedang berbicara  kepada teman, bukan kepada pembaca. Bedanya kalau bicara menggunakan mulut, sedangan menulis menggunakan tangan. Bukankah isinya sama saja? Semuanya berasal dari kepala kita, sehingga segera tertuang menjadi sebuah tulisan.
Menulis adalah pesan
Biasanya banyak orang yang kebingungan ketika mau mencari topik tulisan, padahal banyak hal yang bisa ditulis. Salah satu penyebabnya karena tidak tahu esensi dari menulis. Kalau sudah tahu, maka dijamin dia tidak akan bingung lagi mencari topik yang akan ditulis.
Apakah esensi dari menulis? Esensi dari menulis adalah menyampaikan pesan. Â Jadi, kalau kita tidak memiliki pesan yang hendak disampaikan ke pembaca, sebaiknya jangan menulis. Pesan apa yang hendak disampaikan? Tentu saja pesan yang mengandung kebaikan dan ada manfaatnya. Jadi, kalau kita mau menulis, pikirkan saja sesuatu yang bermanfaat. Kalau ada sesuatu yang bermanfaat, maka itu bisa menjadi bahan tulisan kita.Â
Gunakan rumus 6P dalam mencari ide menulis Â
Cara lain dalam menentukan ide menulis adalah melalui rumus 6P yaitu pikiran, pendengaran, penglihatan, perasaan, pengalaman, dan pengetahuan atau keterampilan.
Pertama, melalui pikiran kita bisa menulis tentang sebuah gagasan dalam bentuk opini (artikel) atau bisa dalam bentuk buku. Ketika kita memikirkan sesuatu yang tidak mungkin, kita bisa membuat tulisan fiksi berupa cerpen atau novel.Â
Kedua, kita bisa memanfaatkan pendengaran sebagai ide menulis. Misalnya ketika menghadiri acara tausiah di masjid dan mendengar nasihat yang disampaikan penceramah, maka kita bisa juga menuliskannya dalam bentuk opini (artikel).
Suatu saat kita berada di rumah teman dan mendengar kisah kehidupan rumah tangganya yang berantakan, bisa menjadi inspirasi untuk menulis cerpen atau novel dalam bentuk faksi (fakta dan fiksi). Â Â