Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Pelukis Kaca Kusdono Rastika, Berangkat dari Hobi Menjadi Profesi

9 September 2019   07:50 Diperbarui: 23 September 2019   08:57 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kusdono Rastika, Pelukis Kaca (Sumber: Kusdono R.)


Setiap orang pasti mempunyai hobi. Namun, tidak banyak orang yang bisa menjadikannya sebagai sebuah profesi. Salah satu orang yang berhasil mengubah hobi menjadi profesi adalah Kusdono Rastika. Pria kelahiran Cirebon, 2 Oktober 1981 ini dikenal sukses sebagai seorang pelukis kaca.

Sejak usia 14 tahun (masih duduk di bangku Sekolah Dasar), Kusdono sudah hobi menggambar. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kuat ayahnya yang berprofesi sebagai pelukis kaca ternama.

Saat itu pria lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini belum melukis di atas kaca, melainkan masih belajar melukis di atas kertas seperti kebanyakan anak-anak seusianya.

Kusdono di Studio lukisannya (Sumber: Kusdono R.)
Kusdono di Studio lukisannya (Sumber: Kusdono R.)
Menginjak SMP, ayahnya mulai mengajari Kusdono melukis di atas kaca. Ayahnya berharap ilmu yang diberikannya kelak akan berguna bagi masa depan anaknya.

Terbukti berkat ketekunannya berlatih, akhirnya kemampuan melukis pria yang tinggal di Desa Gegesik Kidul, Cirebon ini semakin hari kian meningkat. Bahkan, kini melukis sudah menjadi profesinya dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya.

Sebagian lukisan kaca yang dibuat Kusdono bermotifkan dunia pewayangan dan kaligrafi. Banyak kisah-kisah pewayangan yang menjadi inspirasinya, sehingga tidak heran kalau koleksi lukisannya kebanyakan berupa tokoh pewayangan atau salah satu adegan dalam kisah pewayangan. Hal tersebut juga tidak terlepas dari pekerjaanya yang sempat menjadi nayaga - penabuh gamelan Jawa.

Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
"Pesan yang diceritakan dalam lakon yang dilukis, karakter dan sifat wayang menggambarkan watak manusia di dunia ini. Jadi, karakter-karakter tersebut bisa menjadi contoh baik dan buruknya sifat manusia, sehingga kita jangan sampai meniru sifat buruknya," ujarnya berfilosofis saat ditanya penulis, mengapa pelukis kaca tersebut memilih wayang sebagai objek lukisannya.

Kusdono mengaku kalau keluarganya sangat mendukung aktivitasnya melukis. Berkat profesi yang ditekuninya, dia mampu menghidupi istri dan anak-anak tercintanya.

Oleh sebab itu, suami dari Nurcahyani ini menganjurkan kepada setiap anak yang memiliki bakat tertentu agar selalu mau mengasahnya, sehingga suatu saat berguna bagi masa depan mereka.

Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
"Kalau punya bakat terpendam, jangan dibiarkan. Asah bakat tersebut dengan terus berkarya. Jangan patah semangat dan terus bergairah untuk meraih kesuksesan," papar Kusdono berapi-api.

Dalam menekuni dunia melukis, Kusdono sering mengikuti berbagai even pameran lukisan. Beberapa pameran yang pernah diikutinya di antaranya Pameran Lukisan Kaca di Bentara Budaya, Jakarta pada 2004, 2008, 2013, dan 2014 . Kemudian Pameran Lukisan Kaca di ISI Yogyakarta dan Bandung pada 2012.

Juga Pameran Lukisan Kaca di PSLI Surabaya dan Cirebon pada 2016, serta Pameran Lukisan Kaca di Hotel Santika Cirebon pada 2016 dan 2017. Selain itu, ayah dari Salwa Luna Cahya ini juga pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada acara Porseni 2016.

Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Ratusan karya lukis Kusdono sudah berpindah tangan menjadi koleksi para kolektor setianya.

Beberapa pelanggannya merupakan kolektor lukisan almarhum ayahnya, Rastika, seperti: Kuntoro, mantan Menteri Pertambangan dan Energi Indonesia, era Kabinet Reformasi Pembangunan dan Tamto -Owner Studio Mendut, Magelang. Tentu saja ini merupakan anugerh tersendiri yang wajib disyukurinya.

Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Lukisan kaca bermotif wayang karya Kusdono (Sumber: Kusdono R.)
Menurut Kusdono, perkembangan seni rupa di Indonesia saat ini sangat pesat. Namun, dirinya mengaku kalua penjualan hasil karya para seniman masih susah. 

Dia berharap pemerintah menaruh perhatian terhadap kondisi ini. Kalau perlu pemerintah turun tangan langsung mengunjungi para seniman, sehingga tahu keluhan mereka. Begitu juga kalau ingin membeli karya seniman, jangan melalui perantara, sehingga keuntungan bisa langsung dirasakan mereka, bukan calo atau perantaranya. 

Pria yang sehari-hari mengunakan kursi roda ini tidak mau hidupnya hanya mengemis dan mengandalkan belas kasihan orang lain.

Harga dirinya jauh lebih penting dari segala-galanya. Oleh sebab itulah dirinya selalu gigih berkarya demi menopang kehidupan keluarganya. Kondisi kakinya yang cacat tidak dijadikannya alasan untuk bermalas-malasan. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun